Diterbitkan di Genta Rohani Karya ke-133 Juni 1998.
Di jalan yang tak berujung, dengan bekal yang terbatas,
bergumul dengan harapan dan jebakan,
entah hendak menggapai apa,
puluhan musim semi telah berlalu,
kerapuhan timbul satu per satu,
ada kelelahan, ada kekosongan,
ada keinginan untuk istirahat yang panjang.
Di jalan yang tak berujung, waktu yang tersisa hampir habis,
tak peduli tentang agama, dan Tuhan,
hanya tidak ingin berbuat salah dengan yang tersisa,
hanya ingin keindahan dalam setiap laku dan pikiran,
ingin memaafkan semua orang,
ingin berdamai dengan setiap orang,
ingin orang-orang menikmati keindahan ini.
Di jalan yang tak berujung, hendak melewati dengan ringan,
seperti kembang, seperti embun,
layaknya melintasi sambil belajar,
ambil hikmah dan bersyukur pada yang tak terucap,
berbuat dan terus berbuat untuk kebaikan,
tak peduli kehendak siapa,
tak menghiraukan nama harum dan keturunan,
datang dan pergi seperti embun layaknya,
hanya pernah ada di antara yang pernah ada,
pelintas jalan yang tak berujung.
oleh Eng Ciang
KOMENTAR