Semua manusia mempunyai tujuan yang serupa sama, tidak berbeda satu sama lain. Hanya dengan demikian maka kita dapat pastikan bahwa Kebajikan adalah sesuatu yang bersifat universal.
oleh Chew Kong Giok
GENTAROHANI.COM — Tiap insan individu mempunyai satu tujuan terakhir dan tidak beberapa, sebab bila kita telah menemukan sesuatu yang merupakan tujuan terakhir, maka tidak perlulah kita mencari sesuatu yang lain.
Suatu tujuan terakhir harus sesuatu yang baik yang tertinggi, yang bisa memuaskan sepenuh-penuhnya. Tidak kita sangkal bahwa tujuan terakhir ini mungkin juga memiliki banyak isinya, terdiri dari sejumlah bagian-bagian atau sekumpulan obyek yang diambil bersama dan lain-lain, tetapi terdapat banyak obyek tujuan terakhir yang berbeda-beda, dan kita tidak bisa memilih karena hanya satu pilihan saja.
Suka tidak suka kita harus menerima satu pilihan saja. Bahwa semua orang mempunyai tujuan akhir yang sama, jelas dari fakta bahwa semua orang mempunyai kodrat yang sama, suka yang baik, yang terakhir, tentu baik yang tertinggi. Jika manusia mempunyai kodrat yang sama, pasti kebutuhan-kebutuhan dasarnya pun sama, yakni menginginkan pemenuhannya atau pemuasannya.
Semua ini karena kodrat manusia suka pada kebaikan, menuntut minta pemenuhan agar merasa puas. Secara subyektif manusia memang bisa berbeda dalam me-manage dirinya guna mencapai tujuan itu. Yang perlu diingatkan yaitu, setiap usaha mencapai tujuan, yang PASTI harus dengan perbuatan.
Jenis perbuatan inilah yang harus sesuai dengan kodrat manusia, atau dengan kata lain perbuatan baik yang mencerminkan kodrat kemanusiaannya, ‘suka kebaikan’. Karena semua orang hakekat kodratnya suka pada kebaikan, maka semua perbuatan manusia harus perbuatan baik, dan ini menyenangkan dan memuaskan dirinya. Dalam hal perbuatan guna mencapai tujuan, tidak bisa tidak terlibat dengan orang lain, baik itu tujuan-tujuan semu maupun tujuan akhir. Tidak bisa disangkal perbuatan mencapai tujuan akan bersentuhan dengan orang lain, maka perbuatan itu harus juga menghargai nilai-nilai hakekat kodrat orang lain yang sama yakni suka pada kebaikan.
Agama Khonghucu menekankan: Apa yang diri sendiri tidak diinginkan, janganlah diberikan kepada orang lain”. 己所不欲, 勿施於人. (Sabda Suci XV : 24)Jadi yang dimaksud disini adalah tentang ‘perbuatan’. Perbuatan baik adalah adalah hal yang benar-benar baik yang cocok menyempurnakan kodrat kemanusiaan, sebagai lawan dari yang semu baik, yang baik yang cocok menyempurnakan dari pada sekedar berguna menyenangkan.
Manusia Bermoral Baik Jika Taat Pada Xing
“Jagalah hati , pelihara Xing demikian lah mengabdi pada Tian.” (Mingzi VII A : 1)Tian, seperti yang terdapat pada Kitab Perubahan (Yi Jing) bahwa Tian itu :
元 Yuan : Maha Besar, Maha Awal Mula, Maha Esa , Maha Sempurna.
亨 Heng : Maha Menembusi, Maha Menjalin , Maha Indah .
利 Li : Maha Pemberkah, Menjadikan menuai Buah perbuatan.
貞 Zhen : Maha Benar, Maha Kokoh Hukumnya, Maha Abadi.
Tian sebagai Maha Awal Mula, karena Tian sebagai sang pencipta alam jagat raya beserta isinya disertai dengan hukum-hukumnya. Hukum itu secara positip, nampak pada Yang Maha Heng dan Maha Li. Karena Tian sebagai Awal Mula, sudah tentu Tian adalah Yang Maha Esa, dengan karyanya mencipta alam jagat raya berserta isinya, dengan sendirinya Tian adalah Maha Sempurna.
Maha Heng atau Maha Menembusi, Maha Menjalin, Maha Indah.
- Maha Menembusi, artinya Hukum Tian ini diterapkan untuk seluruh alam jagat raya ini termasuk isinya, tak ada satupun yang tidak menerima beban HUKUM NYA, semua memiliki Hukum-hukum tertentu
- Maha Menjalin, Jika Hukum ini tidak ditaati akan menimbulkan akibat, akibat ini akan menjadi sebab timbulnya akibat laiin, dst. Jadi Hukum ini diterapkan merupakan keterjalinan satu satu sama lain, yang menimbulkan sebab akibat.
- Maha Indah, Jika semua semua ciptaan Nya ini taat Hukum Nya, maka akibatnya akan menjadi terpelihara dan Indah.
- Maha Li atau Maha Pemberkah, Menjadikan menuai Buah Perbuatan.
Taat pada Tian terpelihara, Menentang Tian binasa.
順天者存.逆天者亡.
Semua hukumNya yang diterapkan pada alam jagat raya beserta isinya ini adalah Maha Benar. Terbukti semua ilmu pengetahuan yang ada di muka bumi sesungguhnya sedang mencari dan memahami Hukum-hukum yang berlaku pada obyek yang sedang diteliti. Maka Tian Maha Benar. Keadaan ini berlangsung sejak kejadian penciptaan sampai sekarang, dan HukumNya yang melekat pada ciptaanNya itu masih TETAP, TIDAK BERUBAH dan PASTI, maka dikatakan Tian Maha Kokoh Hukum Nya dan bersifat abadi selama-lamanya.
Jika kita memahami tentang Tian yang Maha Yuan Heng Li Zhen ini maka kita akan mengerti maksud dari pada ayat pada Sabda Suci XVII : 19 : 3.Tian tidak berbicara, tetapi yang berbicara adalah Hukum-hukum yang diterapkan pada alam jagat raya beserta isinya. Maka untuk memahami atau mengerti tentang segala sesuatu di muka bumi ini manusia harus mempelajari Hukum-hukum Tian yang berlaku di muka bumi ini. Seperti yang tercantum dalam Kitab Ajaran Besar tentang Meneliti Hakekat tiap Perkara. Termasuk tentang hakekat manusia sebagai manusia, sudahkah manusia memahami HUKUM KODRAT yang melekat pada dirinya?
Guru bersabda : “Berbicarakah Tian? Empat musim beredar dan segenap mahluk tumbuh. Berbicarakah Tian?”
Untuk hukum lahiriah/badan manusia bisa memahami dan mengerti bahkan langsung bisa mentaatinya, seperti hukum rasa lapar, manusia tahu apa yang harus dilakukan, makan. Hukum kantuk, manusia tahu apa yang harus dilakukan, tidur. Merasa lelah bekerja, istirahat, jarinya terkilir, ia tahu harus diurut diperbaiki urat dan tulangnya ke tabib yang tahu cara mengobatinya dsb. Tetapi manusia kurang peduli dengan hukum kodrat yang melekat pada rohaninya. Untuk itulah maka Tian menurunkan para Nabinya guna memberi pencerahan pada manusia bagaimana semestinya manusia hidup sebagai manusia sesuai dengan Hukum Kodrat yang melekat pada manusia.
Tian adalah yang dirindukan oleh manusia, Tian adalah yang Terbaik dan Tertinggi, maka keinginan manusia adalah mengarah kepada Nya, dengan sarana melalui Firman-firmanNya/perintah-perintahNya. Jika perintah Nya kepada manusia dan melekat pada manusia disebut kodrat, jika melekat pada alam semesta dengan segala isinya di luar manusia, maka disebut sebagai hukum alam.
Maka perbuatan yang terbaik adalah mentaati perintah-perintahNya melalui kodrat yang melekat pada manusia, yakni ‘suka pada kebaikan’. Adakah manusia disebut baik karena pebuatan-perbuatannya baik, ataukah perbuatan-perbuatan disebut baik karena perbuatan-perbuatan itu dikerjakan oleh orang baik? Ke dua-duanya tidak bisa disebut baik tanpa dihubungkan dengan Xing (Watak Sejati) manusia.
BACA JUGA: Suka Pada Kebajikan
Kita mengenal orang baik dari perbuatan baiknya, dan bukan sebaliknya. Tetapi itu hanyalah tertib pengetahuan kita, itu cara pemikiran kita. Tetapi manusia tidaklah ada demi perbuatannya, ada demi tujuan hidupnya. Perbuatan-perbuatan mengikuti Xing nya adalah jalan yang dipakai manusia untuk mencapai tujuannya. Di samping mengikuti Xing itu adalah yang cocok menyempurnakan, tetapi juga berguna karena menolong tercapainya tujuan terakhir. Tujuan-tujuan apa pun yang berguna untuk tujuan terakhir, ikut ambil bagian pada sifat cocok menyempurnakannya tujuan akhir itu, tetapi semua tetap harus pada ketaatan pada Xing. Dengan cara demikian inilah perbuatan-perbuatan manusiawi memperoleh kebaikan moralnya.
![]() |
Foto oleh rizkyabi09 flickr |
‘Sepenuh Iman percaya pada Tian Yang Maha Esa’ adalah pengakuan Iman yang pertama dalam Ba Cheng Zhen Gui (八誠筬規). Keyakinan dan kepercayaan pada Tian harus ada dulu di dalam kepala kita, dan TIAN sebagai tujuan terakhir.
Percaya adanya Xing dalam diri sebagai Firman Nya/Perintah Nya, dan perbuatan- perbuatan yang taat mengikuti Xing adalah jalan ke arah itu.
“Hanya orang yang penuh kepercayaan suka belajar, barulah ia dapat memuliakan Jalan Suci hingga matinya.” (Sabda Suci VIII : 12)Perbuatan mengikuti Xing itulah dinamai JALAN SUCI.
Maka dapatlah dirumuskan seseorang yang moral baik adalah : orang yang menjuruskan dirinya mengabdi kepada Tian sebagai tujuan terakhir dengan perbuatan-perbuatan yang taat mengikuti Xing.
Apakah terdapat suatu tujuan terakhir atau yang baik tertinggi bagi manusia khususnya umat Khonghucu, sebagai sesuatu yang memberi arti bagi hidup manusia?
Watak Sejati manusia itu baik, sehingga Manuusia suka pada apa yang baik. Yang baik adalah sesuatu yang menjadi arah manusia. Suatu hal yang baik adalah suatu tujuan, dan setiap tujuan adalah hal yang baik. Untuk suatu tujuan haruslah dikerjakan dengan perbuatan-perbuatan baik, demi untuk mencapai tujuan baik tertinggi.
Semua perbuatan manusiawi mempunyai tujuan dan mengarah kepada suatu hal yang baik, perbuatan manusiawi semestinya menuju ke arah suatu tujuan terakhir teringgi. Manusia sekalipun punya sifat suka pada yang baik, cenderung mengabaikan cara/jalan yang baik, dan ini menghambat tercapainya tujuan baik terakhir teringgi.
Deretan tujuan dalam kehidupan manusia adalah baik karena membantu dan menyempurnakan tujuan akhir, tetapi syarat mutlak adalah perbuatan taat mengikuti Watak Sejati inilah Jalan Suci manusia. Memang tujuan terakhir tertinggi manusia hal pertama yang diinginkan, tetapi dalam perjalanan proses kehidupan ini yang selalu diingat bukan Tujuan Terakhir-nya, tetapi perbuatannya. Karena hidup manusia itu penuh dengan perbuatan untuk berbagai macam tujuan, jika perjalanan perbuatan manusia dalam mencapai tujuan taat mengikuti Watak Sejati, maka otomatis berakibat pada tujuan Akhir, karena Hukum dari yang Maha Tinggi itu demikian.
Kebanyakan manusia berkeinginan pada Tujuan Akhir Tertinggi, tapi dalam kehidupan, dalam usaha mencapai deretan tujuan perantara terlalu fokus, walaupun dilakukan dengan jalan perbuatan yang baik. Tetapi karena hanya berkutat pada tujuan perantara, sehingga gagal pada Tujuan Akhir Tertinggi.
Bila terdapat berbagai macam tujuan alternatif, seseorang akan merasa kekurangan dan tidak terpuaskan. Beda tujuan bagi beda orang akan melawan kesatuan spesifik umat manusia, yaitu ‘Suka Pada Kebaikan’.
Boleh jadi seseorang membabi buta tanpa ambil pusing akan tujuan terakhir, tapi perbuatan semacam ini irrasional. Bagi manusia hanya ada satu tujuan terakhir, dan tujuan terakhir tadi adalah satu dan sama bagi semua orang. (bwt)
KOMENTAR