Cerita tentang pengendalian diri, diterjemahkan oleh Budi Wangsa Tedy dari Chinese Fables and Folk Stories (1908).
Suatu hari, setelah salah satu dari ini marah, dengan ketakutan dan dengan darah bercucuran dari mulutnya, ia pergi menghadap Nabi Kongzi.
"Apa yang harus aku lakukan dengan tubuhku?" dia bertanya, "Aku khawatir aku tidak akan hidup lama. Mungkin lebih baik jika aku tidak lagi belajar dan bekerja. Aku muridmu dan kamu mencintaiku seperti ayahku sendiri. Katakan padaku apa yang harus kulakukan dengan tubuhku."
Nabi Kongzi menjawab, "Zilu, kamu memiliki pendapat yang keliru tentang tubuhmu. Bukan belajar, bukan pekerjaan di sekolah, tetapi kemarahan besar-mu lah yang menyebabkan masalah.
"Aku akan membantumu untuk mengerti. Kamu ingat ketika kamu dan Nou-Wui bertengkar. Dalam waktu singkat, dia kembali dalam damai dan bahagia, tetapi kamu sangat lama dalam mengatasi amarahmu. Kamu tidak bisa berharap untuk hidup lama jika kamu lakukan itu. Setiap kali salah satu murid mengatakan hal yang tidak kau sukai, kamu langsung marah. Ada ribuan orang di sekolah ini. Jika setiap siswa menyinggungmu sekali, kamu akan memiliki marah-marah seribu kali tahun ini. Dan kamu pasti akan mati, jika kamu tidak mengendalikan diri."
Nabi Kongzi menjawab, "Zilu, kamu memiliki pendapat yang keliru tentang tubuhmu. Bukan belajar, bukan pekerjaan di sekolah, tetapi kemarahan besar-mu lah yang menyebabkan masalah.
"Aku akan membantumu untuk mengerti. Kamu ingat ketika kamu dan Nou-Wui bertengkar. Dalam waktu singkat, dia kembali dalam damai dan bahagia, tetapi kamu sangat lama dalam mengatasi amarahmu. Kamu tidak bisa berharap untuk hidup lama jika kamu lakukan itu. Setiap kali salah satu murid mengatakan hal yang tidak kau sukai, kamu langsung marah. Ada ribuan orang di sekolah ini. Jika setiap siswa menyinggungmu sekali, kamu akan memiliki marah-marah seribu kali tahun ini. Dan kamu pasti akan mati, jika kamu tidak mengendalikan diri."
Nabi lalu melanjutkan, "Begini saja, Aku ingin bertanya, berapa banyak gigi yang kamu miliki?".
"Aku punya tiga puluh dua, Guru", jawab Zilu.
"Ada berapa lidah?"
"Hanya satu."
"Berapa banyak gigi yang hilang?", tanya Nabi lagi.
"Aku kehilangan satu ketika aku berumur sembilan tahun, dan empat ketika aku berumur sekitar dua puluh enam tahun."
"Dan lidahmu—apakah masih sempurna?"
"Iya."
"Kamu tentunya kenal Mun-Gun, dia sudah cukup tua."
"Ya, Guru. Aku kenal dia dengan baik."
Nabi bertanya kembali, "Menurutmu berapa banyak gigi Mun-Gun ketika dia seusia denganmu?"
"Aku punya tiga puluh dua, Guru", jawab Zilu.
"Ada berapa lidah?"
"Hanya satu."
"Berapa banyak gigi yang hilang?", tanya Nabi lagi.
"Aku kehilangan satu ketika aku berumur sembilan tahun, dan empat ketika aku berumur sekitar dua puluh enam tahun."
"Dan lidahmu—apakah masih sempurna?"
"Iya."
"Kamu tentunya kenal Mun-Gun, dia sudah cukup tua."
"Ya, Guru. Aku kenal dia dengan baik."
Nabi bertanya kembali, "Menurutmu berapa banyak gigi Mun-Gun ketika dia seusia denganmu?"
"Saya tidak tahu, Guru", jawab Zilu.
"Berapa banyak yang dia miliki sekarang?"
"Rasanya hanya tinggal dua. Tapi lidahnya sempurna, meskipun dia sudah sangat tua."
Nabi menjelaskan lebih lanjut, "Kamu lihat, giginya hilang karena kuat, dan bertekad untuk memiliki semua yang mereka inginkan. Mereka keras dan melukai lidah berkali-kali, tetapi lidah tidak pernah menyakiti giginya. Namun, lidah bertahan sampai akhir, sementara gigi adalah bagian tubuh manusia yang akan membusuk pertama kali. Lidah penuh damai dan lembut dengan giginya. Ia tidak pernah marah dan berkelahi dengan mereka, bahkan ketika mereka salah. Itu mebuat mereka selalu melakukan pekerjaan mereka, dalam menyiapkan makanan untuk manusia, meskipun gigi tidak pernah membantu lidah, dan gigi selalu melawan segalanya.
"Begitu pun dengan manusia. Yang paling kuat melawan, akan membusuk dahulu; dan kau, Zilu, akan tetap demikian jika kau tidak belajar dengan baik tentang pengendalian diri."
"Berapa banyak yang dia miliki sekarang?"
"Rasanya hanya tinggal dua. Tapi lidahnya sempurna, meskipun dia sudah sangat tua."
Nabi menjelaskan lebih lanjut, "Kamu lihat, giginya hilang karena kuat, dan bertekad untuk memiliki semua yang mereka inginkan. Mereka keras dan melukai lidah berkali-kali, tetapi lidah tidak pernah menyakiti giginya. Namun, lidah bertahan sampai akhir, sementara gigi adalah bagian tubuh manusia yang akan membusuk pertama kali. Lidah penuh damai dan lembut dengan giginya. Ia tidak pernah marah dan berkelahi dengan mereka, bahkan ketika mereka salah. Itu mebuat mereka selalu melakukan pekerjaan mereka, dalam menyiapkan makanan untuk manusia, meskipun gigi tidak pernah membantu lidah, dan gigi selalu melawan segalanya.
"Begitu pun dengan manusia. Yang paling kuat melawan, akan membusuk dahulu; dan kau, Zilu, akan tetap demikian jika kau tidak belajar dengan baik tentang pengendalian diri."
KOMENTAR