Umat Khonghucu hendaknya menjadi umat yang bersifat Junzi, umat yang ikut bertanggung jawab dalam menentukan nasib bangsa dan negara ini dalam kurun waktu lima tahun mendatang.
oleh: Ws. Budi Suniarto, SE, MBA – Ketua Harian MATAKIN PUSAT
GENTAROHANI.COM — Tersurat dalam Kitab Mengzi I B : 15 : 3, "Sebaliknya ada pula kata-kata, 'Tanah air harus dijaga dari generasi ke generasi, tidak boleh ditinggalkan sekedar pertimbangan pribadi. Bersiaplah untuk mati, tetapi jangan pergi.'"
![]() |
Foto oleh Antara/M Agung Rajasa |
Pesta demokrasi lima tahunan, yang menjadi perhelatan besar bangsa Indonesia, akan dilaksanakan pada tanggal 17 April 2019. Dengan menggunakan hak pilih, datang ke TPS, dan memilih calon pemimpin bangsa sesuai hati nurani, boleh lah hal ini dinilai sebagai bentuk menjaga tanah air, sebagaimana dijelaskan dalam ayat tersebut di atas.
Mengapa demikian? Karena pada dasarnya nasib negara dan bangsa ini akan sangat bergantung pada siapa yang memimpinnya, dan sebenarnya, siapa yang berhak memimpin negara ini, keputusan itu ada di tangan kita sebagai rakyatnya. Tuhan mendengar sebagaimana Rakyatku mendengar, Tuhan melihat sebagaimana Rakyatku melihat, ayat ini sekiranya dapat menjelaskan hal tersebut.
Tindakan golput (golongan putih—red), tidak menggunakan haknya untuk memilih siapa calon pemimpin yang sesuai dengan hati kita, sedianya adalah tindakan pengecut yang tidak bertanggung jawab. Alasan yang paling sering terlontar untuk membenarkan golput adalah karena bingung dalam menentukan pilihan.
Umat Khonghucu hendaknya menjadi umat yang bersifat Junzi, umat yang ikut bertanggung jawab dalam menentukan nasib bangsa dan negara ini dalam kurun waktu lima tahun mendatang. Gunakanlah hak pilih secara bijak.
Sebagai panduan agar kita tidak bingung dalam memilih pemimpin dalam Pilpres kali ini, maka beberapa hal di bawah ini, dapat dijadikan tuntunan dalam menentukan:
1. Pilihlah calon Presiden yang mempunyai Visi dan Misi jelas dalam mengelola negara dan bangsa ini, di masa 5 tahun mendatang.
"Di dalam tiap perkara bila ada rencana yang pasti, niscaya dapat berhasil; bila tanpa rencana yang pasti, niscaya gagal. Di dalam berbicara bila lebih dahulu mempunyai ketetapan, niscaya tidak gagap. Di dalam pekerjaan bila lebih dahulu mempunyai ketetapan, niscaya tidak akan berbuat terlanjur. Di dalam menjalankan sesuatu bila lebih dahulu mempunyai ketetapan, niscaya tidak akan menemui jalan buntu. Di dalam berusaha hidup sesuai dengan Jalan Suci bila lebih dahulu mempunyai ketetapan, niscaya tidak akan mengalami keputusasaan. (Tengah Sempurna XIX : 16)
2. Pilihlah pemimpin yang mengutamakan kepentingan negara dan bangsa di atas kepentingan golongan apalagi pribadinya.
Nabi bersabda, "Seorang Kuncu mengutamakan kepentingan umum, bukan kelompok; seorang rendah budi mengutamakan kelompok, bukan kepentingan umum." (Sabda Suci II : 14)
3. Jatuhkan pilihan pada Calon pemimpin yang patuh pada Tuhan, sehingga membawa perlindungan bagi Rakyatnya.
Mengzi berkata, "Bila dunia dalam Jalan Suci, yang kecil Kebajikannya tunduk kepada yang besar Kebajikannya; yang kecil Kebijaksanaannya tunduk kepada yang besar Kebijaksanaannya. Bila dunia ingkar dari Jalan Suci, yang kecil takluk kepada yang besar, yang lemah takluk kepada yang kuat. Kedua hal ini sudah menjadi hukum Tuhan. Siapa yang mematuhi Tuhan akan terpelihara, yang melawan Tuhan akan binasa." (Mengzi IV A : 7)
Semoga Tian yang Maha Mendengar dan Maha Meliputi, senantiasa Membimbing dan Merahmati Bangsa Indonesia yang kita cintai ini, dengan menganugerahkan pemimpin yang mampu mencapai cita cita luhur para pendiri bangsa, mencapai masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila.
Huang Yi Shang Di, Wei Tian You De. (bwt)
KOMENTAR