Rohaniwan dan agamawan adalah ujung tombak pelayanan dan pembinaan umat suatu agama, tak terkecuali agama Khonghucu. Mereka yang banyak berhubungan langsung dengan umat.
oleh: Uung Sendana Linggaraja
GENTAROHANI.COM—Banyak hal yang dihadapi oleh seorang rohaniwan dan agamawan dalam bersentuhan dengan keumatan. Dia selalu dihadapkan dengan pilihan antara kepentingan pribadi dan tugas pengabdiannya. Banyak pengorbanan yang harus dilakukan.
Rohaniwan dan agamawan tidak lagi dihadapkan dengan masyarakat yang homogen nilai. Berbagai nilai agama saling mempengaruhi, berbagai budaya saling berkelindan. Dengan demikian rohaniwan dan agamawan menghadapi tantangan yang semakin kompleks. Rohaniwan dan agamawan ditantang untuk membimbing umat dalam mengarungi kehidupan. Rohaniwan dan agamawan ditantang untuk menjawab rasa gamang umat dalam memilih nilai. Dengan demikian, rohaniwan dan agamawan harus berada digaris depan dalam upaya pembinaan diri.
Menjadi pelopor dalam pembinaan diri, kemudian menjadi tempat yang tepat bagi umat dalam mencari jawaban atas persoalan hidup dan membimbing umat agar berada dalam jalur yang benar dalam beragama, sehingga jauh dari rasa gamang dan kemudian beroleh kemantapan hidup sesuai kehendakNya, seorang rohaniwan dan agamawan modern tidak cukup hanya mumpuni sebagai pemimpin upacara atau hanya membaca/hafal ayat kitab suci, tapi harus dapat menggali nilai-nilai hakiki dan mengaplikasikan pesan kitab suci sebagai bimbingan bagi umat menempuh dao, jalan yang sesuai kehendakNya.
Hal pertama dan paling sederhana yang wajib dilakukan adalah memperluas pengetahuan seperti dipesankan dalam kitab Daxue dengan mempunyai kebiasaan membaca. Belajar dan berlatih selayaknya menjadi spirit yang menggelora seperti disabdakan dalam kitab Lunyu, 'belajar dan selalu berlatih tidakkah itu menyenangkan?'
Dari riset dan interaksi itulah materi DAK mencakup:
Materi-materi tersebut akan menjadi kering dan membingungkan kalau para peserta DAK tidak mampu memahami beberapa hal yang juga disampaikan dalam DAK, yaitu:
Tanpa itu seorang rohaniwan dan agamawan akan menjadi tidak relevan bagi zamannya dan komunitasnya, apalagi bagi masyarakat dan bangsa serta dunia.
Diklat (Pendidikan dan Latihan) Agama Khonghucu atau DAK adalah salah satu sarana untuk memacu para calon rohaniwan dan rohaniwan menggelorakan semangat belajar dan berlatih. Adalah naif bila DAK dituntut dapat memberi ilmu yang lengkap pada rohaniwan dan mengubah rohaniwan menjadi mumpuni. Apa yang dilakukan oleh para rohaniwan setelah DAK, itu yang terpenting. Para Rohaniwan dan calon rohaniwan perlu menggali lebih dalam materi pendidikan (dengan membaca dan bertanya/berdiskusi) serta mempraktikkan pelatihan yang diberikan dalam DAK. Jika itu dilakukan, maka diharapkan para peserta DAK akan menjadi lebih baik.
Kita bisa saja mengikuti Diklat pengembangan kepribadian John Robert Powers dan membayar 'mahal', tapi tak ada jaminan adanya perubahan sikap pada semua siswanya. John Robert Powers akan memberi arahan yang dapat dipakai dalam kebiasaan sehari-hari dan dengan mempraktikkan setiap arahan, diharapkan akan terjadi perubahan sikap dari para siswanya. Kita bisa saja mengikuti pelatihan Public Speaking 12 minggu Dale Carnegie dan membayar 'mahal', tapi kita juga yang perlu berlatih dan mempraktikkan apa yang kita pelajari dalam pelatihan agar dapat menarik dalam berbicara di depan publik.
Materi DAK adalah hasil riset bertahun-tahun dari interaksi dengan umat dan para aktivis di berbagai daerah. Dari riset dan interaksi tersebut, diketahui:
Diklat (Pendidikan dan Latihan) Agama Khonghucu atau DAK adalah salah satu sarana untuk memacu para calon rohaniwan dan rohaniwan menggelorakan semangat belajar dan berlatih. Adalah naif bila DAK dituntut dapat memberi ilmu yang lengkap pada rohaniwan dan mengubah rohaniwan menjadi mumpuni. Apa yang dilakukan oleh para rohaniwan setelah DAK, itu yang terpenting. Para Rohaniwan dan calon rohaniwan perlu menggali lebih dalam materi pendidikan (dengan membaca dan bertanya/berdiskusi) serta mempraktikkan pelatihan yang diberikan dalam DAK. Jika itu dilakukan, maka diharapkan para peserta DAK akan menjadi lebih baik.
Kita bisa saja mengikuti Diklat pengembangan kepribadian John Robert Powers dan membayar 'mahal', tapi tak ada jaminan adanya perubahan sikap pada semua siswanya. John Robert Powers akan memberi arahan yang dapat dipakai dalam kebiasaan sehari-hari dan dengan mempraktikkan setiap arahan, diharapkan akan terjadi perubahan sikap dari para siswanya. Kita bisa saja mengikuti pelatihan Public Speaking 12 minggu Dale Carnegie dan membayar 'mahal', tapi kita juga yang perlu berlatih dan mempraktikkan apa yang kita pelajari dalam pelatihan agar dapat menarik dalam berbicara di depan publik.
Materi DAK adalah hasil riset bertahun-tahun dari interaksi dengan umat dan para aktivis di berbagai daerah. Dari riset dan interaksi tersebut, diketahui:
- Apa sebetulnya pertanyaan-pertanyaan dasar yang acap muncul dari umat Khonghucu dan selama ini belum dijawab dengan memuaskan oleh para rohaniwan dan tokoh-tokoh Khonghucu di daerah.
- Kotbah atau uraian agama yang dirasakan tidak menarik.
- Materi yang dibawakan dalam kotbah kurang mengena bagi umat awam yang membutuhkan pencerahan atas kehidupannya, bukan semata-mata ilmu agama.
- Banyaknya konversi umat Khonghucu karena merasa tak mendapat apa-apa dan tak memperoleh jawaban atas pertanyaan dasar dalam kehidupannya.
- Makna dan simbolisme persembahyangan.
- Hidup yang lebih terarah dan bermakna.
Dari riset dan interaksi itulah materi DAK mencakup:
- Tujuan hidup dan setelah kehidupan. Materi ini untuk menjawab hidup dan setelah hidup (afterlife) menuju kemana. Apakah ada afterlife dalam agama Khonghucu? Adalah hal yang wajar manusia (terutama yang religius) menanyakan ini, tak terkecuali umat Khonghucu.
- Kitab Suci. Tentu kita perlu tahu tentang kitab suci yang menuntun kita menjalankan ajaran agama.
- Aktivitas dasar dalam kita memahami agama Khonghucu, kita menghadapi kenyataan banyak yang ahli pengetahuan Khonghucu tapi tidak beragama Khonghucu. Pertanyaannya mengapa? Apakah benar Khonghucu adalah agama yang rasional (semata) seperti selalu digembar-gemborkan dengan bangga oleh para rohaniwan dan tokoh-tokoh Khonghucu? Dalam materi ini mencakup 3 aktifitas dasar: Belajar, sembahyang, dan jingzuo. Sembahyang dan jingzuo dipraktikkan.
- Penciptaan alam semesta dan manusia. Coba saja tanyakan pada umat dan kebanyakan masyarakat bagaimana penciptaan alam semesta dan manusia, dapat dipastikan yang dominan adalah versi agama samawi. Penciptaan alam semesta dan manusia tak terlepas dengan doktrin atau dogma suatu agama, tak terkecuali agama Khonghucu. Tentu para rohaniwan tokoh-tokoh Khonghucu perlu memberi jawaban memuaskan pada umat berdasar kitab suci Khonghucu.
- Hakikat Kehidupan. Kenapa manusia diciptakan? Apakah hidup adalah menabur dan menuai? Diukur dengan pahala dan dosa? Apakah hidup adalah take and give (menerima dan memberi)? Give and take (memberi dan menerima)? Karena menerima maka memberi? Atau apa? Apakah akan berpengaruh pada kebahagiaan? Apakah hidup itu penderitaan? Apakah hidup itu mengemban dosa asal? Atau kita dilahirkan putih bersih?
- Menghadapi penderitaan, cobaan, dan bencana. Hidup manusia tak terlepas dari tiga hal ini. Bagaimana umat Khonghucu menyikapinya? Konversi (perpindahan) agama seseorang sering terjadi karena tiga hal ini. Apakah para rohaniwan dan tokoh dapat memberi jawaban pada umat?
- Tian, Nabi, dan Shen Ming. Kita selalu mengatakan Tian itu Tuhan YME, kenyataannya di luar sana orang-orang berpendapat Tian adalah langit bukan Tuhan. Apakah Khonghucu seorang Nabi? Kenyataannya di luar sana Khonghucu dikatakan sebagai filsuf atau orang bijaksana bukan Nabi. Apakah shenming itu? Khonghucu bersembahyang pada shenming? Apakah shenming sama dengan dewa? Di luar sana shenming adalah dewa. Apakah penting menjawab pertanyaan ini? Sangat penting karena menyangkut hal yang mendasar pada keyakinan kita dan kita perlu dapat menjawab tanpa menjadi debat kusir.
- Hari Besar Keagamaan. Nilai, makna, dan simbolisme dibaliknya. Orang di luar sana menganggap hari besar keagamaan Khonghucu adalah budaya/tradisi yang tak ada kaitannya dengan agama. Hal ini tentu saja berkaitan dengan persembahyangan beserta pernak-perniknya. Termasuk di sini adalah mengenai rumah ibadat dan tempat ibadat beserta simbol dan maknanya.
- Iman. Apakah iman itu sama dengan percaya? Bagaimana pengertian iman dalam agama Khonghucu? Bagaimana kaitan iman dengan sikap hidup umat Khonghucu dalam menjalankan kebajikan. Apakah ada kaitan iman dengan afterlife ?
- Etika Moral. Dalam keyakinan agama Khonghucu, agama adalah bimbingan menempuh dao (jalan suci). Jalan suci adalah berbuat mengikuti xing (watak sejati). Artinya agama itu tentang perbuatan kita. Perbuatan kita terkait erat dengan Firman Tian. Maka etika moral adalah penting dalam hidup kita dan mencapai tujuan.
Materi-materi tersebut akan menjadi kering dan membingungkan kalau para peserta DAK tidak mampu memahami beberapa hal yang juga disampaikan dalam DAK, yaitu:
1) Cara berpikir dan spiritualitas yin yang. Cara berpikir dan spiritualitas yin yang menjadi dasar terpenting para peserta agar dapat memahami seluruh materi bahkan memahami agama Khonghucu. Cara berpikir dan spiritualitas yin yang bukan semata-mata membahas yin yang, tapi menjadi 'roh' kita belajar, berlatih dan mempraktikkan agama Khonghucu!
2) San Cai: Tian Di Ren. Hubungan antara Tian, Di dan Ren dalam agama Khonghucu mempunyai nilai religius dan filosofis tersendiri yang berbeda dengan agama lain. Memahami hal ini akan menjauhkan kebingungan atas apa yang diajarkan kepada umat. Dengan menghayati dan memahami ini kita akan menjadikan peserta dapat menjawab takdir, nasib, firman dan tawakal. Dengan memahami maka kita tidak gamang dalam menjalankan kehidupan.
Materi yin yang dan Tian, Di, Ren diberikan di awal, mendahului materi lain karena merupakan landasan paling mendasar dari DAK.
3) Sejarah. Sejarah bukanlah tentang angka-angka tahun atau peristiwa. Sejarah adalah tentang jiwa suatu agama. Agama senantiasa menyangkut sejarah, simbolisme, dan mitos. Agama Khonghucu kaya akan ketiganya. Kelebihan sekaligus 'kekurangan' agama Khonghucu adalah karena sejarahnya yang lengkap. Contoh: Peperangan raja Wen dengan raja terakhir dinasti Shang, di luar sana dipenuhi dengan mitos dan legenda. Materi Sejarah diselipkan secukupnya dalam materi-materi lainnya.
4) Psikologi Agama. Materi ini memberi gambaran tentang Pendidikan Agama dan Keagamaan serta generasi yang berbeda (baby boomers, x, y (millenial) dan z ). Para peserta diharapkan memahami tentang dua hal ini dan apa sebetulnya yang dibutuhkan umat dalam kebaktian atau di sekolah yang diikuti oleh generasi yang berbeda. Dengan memahami ini? Akan dapat diberikan pengajaran yang tepat.
5) Manajemen Strategis. Para peserta tentu perlu memahami mengenai manajemen strategis sehingga setidaknya tahu prioritas, perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan evaluasi.
Di penghujung DAK dilaksanakan pelatihan kotbah. Dalam pelatihan ini tentu saja penekanan ada pada skill dan teknik berkotbah. Para peserta perlu memahami ada hal-hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan dalam kotbah, bagaimana menarik perhatian publik, struktur kotbah, dll.
Akhirnya para peserta tahu—bagus bila memahami—bahwa agama Khonghucu adalah agama yang religius–filosofis dan umat Khonghucu memegang teguh keyakinan bahwa hanya kebajikan Tian berkenan sehingga wajib memiliki kebajikan yang satu, bukan sekedar ucapan salam tapi menjadi spirit dasar kehidupan.
Apakah setelah DAK para peserta akan langsung memahami? Tidak. Perlu penggalian lebih lanjut agar para peserta siap 'bertempur' di lapangan. Apakah setelah DAK para peserta yang belum rohaniwan dapat langsung dilantik sebagai rohaniwan? Tidak.
Mereka perlu terus menggali dan mempraktikkan apa yang telah mereka peroleh dalam DAK. Setelah itu dengan memenuhi persyaratan administratif dan wawancara yang telah ditentukan, para calon rohaniwan perlu mengikuti ujian yang mencakup 5 hal:
Mereka perlu terus menggali dan mempraktikkan apa yang telah mereka peroleh dalam DAK. Setelah itu dengan memenuhi persyaratan administratif dan wawancara yang telah ditentukan, para calon rohaniwan perlu mengikuti ujian yang mencakup 5 hal:
- Materi DAK
- Presentasi makalah yang dibuat.
- praktik persembahyangan (misal praktik upacara liyuan pernikahan, kematian, liyuan umat, dll.).
- praktik kotbah.
- Sikap.
Pelatihan John Robert Powers dan Pelatihan Dale Carnegie mempunyai materi tersendiri yang mencakup berbagai hal. Tidak setiap peserta pasti berubah sikap atau mampu berbicara di depan publik. Tidak setiap peserta berubah secara total setelah mengikuti pelatihan, tapi ada beberapa hal yang berubah. Begitu pula DAK.
Evaluasi diperlukan untuk dilakukan penyesuaian-penyesuaian seperlunya, tapi bukan berarti kebutuhan umat lalu kita abaikan, atau kita akan menghadapi kenyataan umat kita tak memperoleh jawaban, gamang, tak puas, dan merasa kering hingga akhirnya konversi terus terjadi.
Rohaniwan menangani tentang manusia, dan tentu akan kompleks, sekompleks manusia itu sendiri, apalagi dengan kondisi yang dihadapi seperti dijabarkan di awal tulisan ini. Kita sudah tahu persoalan pokok yang dihadapi di lapangan, dan itu yang coba dijawab dengan DAK.
Menjadi rohaniwan memang tidak mudah, tak heran di agama lain, untuk menjadi rohaniwan memerlukan pendidikan bertahun-tahun. Kalau kita menganggap DAK yang hanya 3 hari terlalu berat, entah apa lagi yang bisa kita harapkan. Dan jika kita hanya mengandalkan DAK 3 hari untuk memahami dengan mendalam artinya kita sudah keliru.
DAK adalah upaya kita untuk memberi dasar pada peserta agar mampu menjawab tantangan keumatan di lapangan yang bukan hanya sekedar membutuhkan pelayanan persembahyangan. Tentu saja materi DAK 'level' berikutnya perlu diteliti, dikembangkan, dan ditetapkan agar para rohaniwan semakin mumpuni. (bwt)
KOMENTAR