Dalam kehidupan sehari-hari ketika kita mendengar ada orang meninggal dunia, keluar dari mulut kita kata wuhu ai zai, kira-kira maksudnya "turut berduka cita". Masalahnya apakah istilah wuhu ai zai milik eksklusif umat Khonghucu?
Sejarah dan Penggunaannya
呜呼哀哉
(wū hū āi zāi)
呜呼哀哉
(wū hū āi zāi)
oleh: Suyena Adegunawan (陳書源 Tan Su Njan)
Dalam Bahasa Inggris definisi yang paling dekat adalah: alas; all is lost, unfortunately; sadly; regrettably.
Makna leksikal:
- 呜呼 (wū hū) adalah kata seru 叹词 (tàn cí); bisa berarti oh, alangkah, betapa,
- 哀 (āi) artinya duka, sedih,
- 哉 (zāi) kata bantu 助词 (zhù cí), sama artinya dalam Bahasa Indonesia: lah, kah, ya begitulah, tetapi pelafalan huruf 哉 (zāi), sama dengan huruf 灾 (zāi) artinya bencana, musibah, malapetaka.
Ungkapan yang mirip artinya (sinonim) wuhu ai zai:
- 一命呜呼 (一命嗚呼) (yí mìng wū hū) ~melayang nyawanya; orang meninggal dunia; tamat riwayatnya
- 寿终正寝 (壽終正寢) (shòu zhōng zhèng qǐn) ~umur berakhir di ranjang; kematian wajar alami.
- 健康长寿 (健康長壽) (jiàn kāng cháng shòu) ~sehat dan panjang umur
- 长寿不老 (長壽不老) (cháng shòu bù lǎo) ~panjang umur awet muda tidak pernah menjadi tua.
《论语》Lunyu 八佾- Ba Yi - Pat Iet - Sabda Suci III Tarian Delapan Baris, Pasal 6:
季氏旅于泰山。子谓冉有曰:「女弗能救与?」对曰:「不能。」
jì shì lǚ yú tài shān zǐ wèi rǎn yǒu yuē nǚ fú néng jiù yǔ duì yuē bù néng
子曰:「呜呼!曾谓泰山,不如林放乎?」
zǐ yuē wū hū céng wèi tài shān bù rú lín fàng hū
Tatkala Keluarga Kwi melakukan upacara sembahyang di Gunung Thai, Nabi bertanya kepada Jiam Yu: "Tidak dapatkah engkau mencegahnya?" Dijawab: "Tidak dapat!"
Nabi bersabda: "Ah, akan dikatakankah, bahwa Gunung Thai tidak dapat menyamai Liem Hong?"
Ekspresi kata wuhu ai zai 呜呼哀哉 (wū hū āi zāi) dapat ditemukan dalam:
"Chunqiu Zuo Chuan" 《春秋左传》 (chūn qiū zuǒ chuán), 哀公十六年 (āi gōng shí liù nián), Masa Pemerintahan Rajamuda Lu Ai Gong Tahun Keenam-belas, Pasal 2:
夏,四月,己丑,孔丘卒,公诔之曰,旻天不吊,不憖遗一老,
xià sì yuè jǐ chǒu kǒng qiū zú gōng lěi zhī yuē mín tiān bù diào bù xìn yí yī lǎo
(Terjemahan Penulis) Musim panas, bulan empat, hari Ji Chou, Kong Qiu wafat, Ai Gong dengan kesedihan mendalam berseru: "Sungguh tidak baik Tuhan, tidak mengizinkan lagi seorang yang dituakan dalam negara hidup bersama manusia sedikit lebih lama,
俾屏余一人以在位,茕茕余在疚,呜呼,哀哉,尼父无自律,
bǐ píng yú yì rén yǐ zài wèi qióng qióng yú zài jiù wū hū āi zāi ní fù wú zì lǜ
Dia tidak lagi dapat membimbing saya dalam kedudukan sebagai Rajamuda, membiarkan saya sendirian risau dan menjadi sakit. Wuhu! Aizai! Bapak Ni! Setelah Bapak pergi siapa lagi yang dapat dijadikan teladan untuk disiplin diri?
子赣(子贡)曰,君其不没于鲁乎,夫子之言曰,礼失则昏,名失则愆,
zǐ gàn (zǐ gòng) yuē jūn qí bù méi yú lǔ hū fū zǐ zhī yán yuē lǐ shī zé hūn míng shī zé qiān
Zi Gan (Zi Gong) berkata: "Selanjutnya Pangeran mungkin tidak dapat menjalani hidup dengan baik di Negara Lu. Guru Kong pernah berkata: "Berduka karena melanggar tata krama susila menyebabkan kehilangan semangat-kebijaksanaan, berduka karena kehilangan nama baik menyebabkan kelakuan salah,
失志为昏,失所为愆,生不能用,死而诔之,非礼也,称一人,
shī zhì wéi hūn shī suǒ wéi qiān shēng bù néng yòng sǐ ér lěi zhī fēi lǐ yě chēng yì rén
kehilangan tekad dan cita-cita adalah khilaf, kehilangan identitas diri (kepribadian) adalah kesalahan". Ketika hidup tidak memberi-Nya jabatan, setelah wafat berseru dalam kesedihan, tidak sesuai kesusilaan, yang disebut seseorang itu
非名也,君两失之。
fēi míng yě jūn liǎng shī zhī
bukankah menunjuk nama Pangeran sendiri, Pangeran sudah kehilangan dua hal: susila dan nama baik.
Dalam 《礼记》- Liji "Catatan Kesusilaan" Buku ke-1曲礼下 - Qu Li II Adat Susila, Khiok Lee B Bagian III Pasal 43:
鲁哀公诔孔丘曰:「天不遗耆老,莫相予位焉,呜呼哀哉!尼父!」
lǔ āi gōng lěi kǒng qiū yuē tiān bù yí qí lǎo mò xiāng yǔ wèi yān wū hū āi zāi ní fù
Ketika raja muda Lu Ai Gong meratapi Kong Qiu (Nabi Kongzi) ia mengucapkan kata-kata pujian, “Tian sudah tidak berkenan orang tua ini membantuku menegakkan kedudukan. Wuhu! Ai zai! Sungguh sedih, Bapak Ni!”
Dalam "Kitab Sanjak" – Shao Min 《诗经·大雅·召旻》, Sanjak ke-271 Jeritan Kepada yang Maha Kasih, bait ke-7:
昔先王受命、有如召公、日辟国百里。
xī xiān wáng shòu mìng yǒu rú zhào gōng rì pì guó bǎi lǐ
今也日蹙国百里。
jīn yě rì cù guó bǎi lǐ
于乎哀哉、维今之人、不尚有旧。
yú hū āi zāi wéi jīn zhī rén bù shàng yǒu jiù
Zaman kuno ketika raja yang telah mendahulu itu menerima Firman, adalah menteri seperti Pangeran Shao Gong, yang mampu tiap hari meluaskan negeri seratus li.
Kini tiap hari senantiasa berkurang seratus li.
Wu hu ai zai! Di antara orang zaman sekarang, tiada lagikah yang seperti orang zaman dahulu.
Catatan (Kitab Sanjak): Kidung ini bersifat meratapi tetapi ada yang bersifat perumpamaan. Penulis puisi meratapi berbagai penderitaan dan keruntuhan yang sedang berlangsung, menunjukkan betapa raja salah menggunakan orang-orang yang rendah budi dan tidak pantas. Kidung ini diciptakan pada zaman Raja Zhou You Wang (周幽王 (zhōu yōu wáng, 795-771 SM) raja terakhir dari Zhou Barat Western Zhou 西周 Xi Zhou (1122-710 SM), setelah itu kerajaan dipindahkan oleh Zhou Ping Wang 周平王 (zhōu píng wáng, 780-720 SM ke timur (Zaman Zhou Timur, Eastern Zhou 东周 Dong Zhou (710-221 SM).
Kata Wuhu ai zai 呜呼哀哉 di Tiongkok dipakai dalam kehidupan sehari-hari untuk menyatakan keadaan kurang beruntung, unfortunately.
Untuk konteks Indonesia kata ini bisa saja dipakai untuk menyatakan rasa duka, tetapi harus diperhatikan bahwa ini bukan monopoli umat Khonghucu, dalam arti kata ini dipakai juga oleh orang di luar Agama Khonghucu. (bwt)
KOMENTAR