Sebanyak 55 peserta dialog yang terdiri dari 24 pemuda pemudi Khonghucu dan 31 pemuda pemudi Islam berkumpul dalam suasana santai untuk membicarakan permasalahan yang berkembang di masyarakat.
GENTAROHANI.COM—Dewan Pengurus Nasional Pemuda Agama Khonghucu Indonesia (DPN PAKIN) bekerja sama dengan King Abdullah bin Abdulaziz International Centre for Interreligous and Interculture Dialog Centre (KAICIID) menyelenggarakan kegiatan Interfaith Dialogue Pemuda Agama Khonghucu dan Islam yang bertemakan “Membangun Perdamaian Melalui Dialog Antar Agama”. Kegiatan ini diselenggarakan pada hari Minggu, 8 September 2019 di Kelenteng Kong Miao, TMII, Jakarta Timur.
Dialog merupakan pintu gerbang dari membangun sebuah keharmonisan, melalui dialog segala pandangan negatif dapat dikomunikasikan sehingga mendapatkan jawaban dari keragu-raguan. Begitulah sambutan dari Ketua umum DPN PAKIN Js. Yugi Yunardi, S.Pt., M.Ag. Interfaith Dialogue yang diselenggarakan DPN PAKIN bertujuan untuk mempererat hubungan antara pemuda agama Khonghucu dan Islam.
Sebanyak 55 peserta dialog yang terdiri dari 24 pemuda pemudi Khonghucu dan 31 pemuda pemudi Islam berkumpul dalam suasana santai untuk membicarakan permasalahan yang berkembang di masyarakat. Stereotype negatif yang mengganggu keharmonisan menjadikan sebuah jarak antara pemuda sehingga timbul rasa apatis atau merasa pandangannya paling benar dan yang lain salah.
Pada awal acara peserta dibuat kelompok untuk melakukan kerjasama tim membuat bangunan yang terbuat dari bahan sedotan, games ini dipandu oleh Dq. Heldy Susanto. Tujuan dari games ini untuk membangun kerja sama dan mencairkan suasana serta kekompakan.
Dialog yang dipandu oleh Ws. Mulyadi Liang, S.Pd.Ing., M.Ag selaku KAICIID Fellow memberikan perbincangan yang menarik, membahas moderasi beragama dengan pemikiran yang pluralisme yang dibawakan oleh tokoh agama Khonghucu Ws. Budi Suniarto, S.E., MBA selaku Ketua Harian Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia (MATAKIN) Pusat dan Tokoh Islam Dr. Ngatawi Al-Zastrouw., S.Ag., M.Si selaku Dosen Pascasarjana Unusia, Budayawan dan Tokoh Nahdlatul Ulama.
Ws. Budi Suniarto, S.E., MBA menjelaskan membangun keharmonisan harus dapat memahami konsep Yin dan Yang. “Konsep yin dan yang menjelaskan bahwa segala sesuatu hal tidak ada yang absolut dalam unsur yin pasti ada setitik unsur yang dan unsur yang ada setitik unsur yin dengan memahami ini maka akan mengetahui mana yang pantas dan kurang pantas,” ujarnya.
Dalam membangun keharmonisan sangat perlu melaksanakan budi pekerti dan hal ini harus dimiliki oleh setiap orang, setiap orang perlu menjadi manusia yang bermoral dan berkesusilaan. “Cinta kasih, kebenaran, kesusilaan dan kebijaksanaan yang diajarkan oleh Khonghucu tentang ini sangat baik dan harus di terapkan dalam kehidupan,” ujar Dr. Ngatawi Al-Zastrouw., S.Ag., M.Si.
Setelah diskusi yang sangat interaktif, peserta berkeliling ke Taman Budaya Tionghoa Indonesia untuk melihat sejarah bahwa masyarakat tionghoa yang hidup sejak lama di Indonesia sangat berperan dalam menciptakan peradaban di Indonesia.
“Dengan komunikasi dan berpikir moderat serta mencukupkan pengetahuan sejarah yang sebenarnya akan berdampak pada pemikiran pemuda yang dapat membangun perdamaian bagi dunia” tutup Js. Yugi Yunardi, S.Pt., M.Ag. Kegiatan ini ditutup di lokasi Taman Budaya Tionghoa Indonesia. (oey)
Sebanyak 55 peserta dialog yang terdiri dari 24 pemuda pemudi Khonghucu dan 31 pemuda pemudi Islam berkumpul dalam suasana santai untuk membicarakan permasalahan yang berkembang di masyarakat. Stereotype negatif yang mengganggu keharmonisan menjadikan sebuah jarak antara pemuda sehingga timbul rasa apatis atau merasa pandangannya paling benar dan yang lain salah.
Pada awal acara peserta dibuat kelompok untuk melakukan kerjasama tim membuat bangunan yang terbuat dari bahan sedotan, games ini dipandu oleh Dq. Heldy Susanto. Tujuan dari games ini untuk membangun kerja sama dan mencairkan suasana serta kekompakan.
Dialog yang dipandu oleh Ws. Mulyadi Liang, S.Pd.Ing., M.Ag selaku KAICIID Fellow memberikan perbincangan yang menarik, membahas moderasi beragama dengan pemikiran yang pluralisme yang dibawakan oleh tokoh agama Khonghucu Ws. Budi Suniarto, S.E., MBA selaku Ketua Harian Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia (MATAKIN) Pusat dan Tokoh Islam Dr. Ngatawi Al-Zastrouw., S.Ag., M.Si selaku Dosen Pascasarjana Unusia, Budayawan dan Tokoh Nahdlatul Ulama.
Ws. Budi Suniarto, S.E., MBA menjelaskan membangun keharmonisan harus dapat memahami konsep Yin dan Yang. “Konsep yin dan yang menjelaskan bahwa segala sesuatu hal tidak ada yang absolut dalam unsur yin pasti ada setitik unsur yang dan unsur yang ada setitik unsur yin dengan memahami ini maka akan mengetahui mana yang pantas dan kurang pantas,” ujarnya.
Dalam membangun keharmonisan sangat perlu melaksanakan budi pekerti dan hal ini harus dimiliki oleh setiap orang, setiap orang perlu menjadi manusia yang bermoral dan berkesusilaan. “Cinta kasih, kebenaran, kesusilaan dan kebijaksanaan yang diajarkan oleh Khonghucu tentang ini sangat baik dan harus di terapkan dalam kehidupan,” ujar Dr. Ngatawi Al-Zastrouw., S.Ag., M.Si.
Setelah diskusi yang sangat interaktif, peserta berkeliling ke Taman Budaya Tionghoa Indonesia untuk melihat sejarah bahwa masyarakat tionghoa yang hidup sejak lama di Indonesia sangat berperan dalam menciptakan peradaban di Indonesia.
“Dengan komunikasi dan berpikir moderat serta mencukupkan pengetahuan sejarah yang sebenarnya akan berdampak pada pemikiran pemuda yang dapat membangun perdamaian bagi dunia” tutup Js. Yugi Yunardi, S.Pt., M.Ag. Kegiatan ini ditutup di lokasi Taman Budaya Tionghoa Indonesia. (oey)
KOMENTAR