Simbolisasi Nilai Utama oleh: Uung Sendana Linggaraja GENTAROHANI.COM— Hidup laksana berjalan di tepi jurang dalam, berdiri me...
Simbolisasi Nilai Utama
oleh: Uung Sendana Linggaraja
GENTAROHANI.COM—Hidup laksana berjalan di tepi jurang dalam, berdiri menginjak lapisan es tipis. Hati senantiasa rawan, bila tak berhati-hati manusia akan terperosok, maka umat Khonghucu perlu senantiasa mengedepankan pengharapan dan introspeksi diri dalam kehidupannya.
Manusia perlu terus dan terus diingatkan pada hal yang pokok dan penting. Kesusilaan (li) dan musik (yue) yang merupakan satu kesatuan tak terpisahkan adalah sarana yang sangat penting untuk mengingatkan manusia agar kembali ke jati dirinya, kepada fitrahnya. Li dan yue sarat dengan simbol. Semua saji-sajian, pernak-pernik, perlengkapan dan musik terkait erat dengan simbol.
Simbol diwujudkan dalam gambar, bentuk, gerakan, atau benda yang mewakili suatu gagasan. Meskipun simbol bukanlah nilai itu sendiri, tetapi simbol sangatlah diperlukan untuk kepentingan penghayatan akan nilai-nilai yang diwakilinya.
Li dan yue haruslah datang dari dan menggerakkan kedalaman batin sang pelaku, bukan sekedar gerakan atau nada tanpa makna yang pada akhirnya menjadi kering, membosankan dan tersisa sebagai beban rutin semata yang perlu dijalani tanpa tahu lagi apa pentingnya melakukan semua itu.
Banyak persembahyangan dan peribadahan, tak terkecuali kebaktian yang kita jalani dirasakan umat sebagai rutinitas yang tak lagi menggairahkan. Umat tak lagi merasakan mendapatkan 'sesuatu' yang dapat dibawa sebagai bekal dalam menjalani kehidupan. Tak heran rumput tetangga nampak lebih hijau dan nikmat untuk dirasakan.
Kegairahan akan li dan yue perlu terus tumbuh dan ditumbuhkan agar berkembang. Nilai-nilai, terutama nilai pokok dan penting yang menjadi panduan umat menjalani kehidupan perlu digelorakan.
Simbol sangatlah diperlukan untuk kepentingan penghayatan akan nilai-nilai yang diwakili. Simbol bukanlah semata tentang pikiran, tetapi terlebih tentang perasaan. Kita perlu simbol-simbol yang bersentuhan dengan perasaan umat, agar umat 'merasa' punya bekal yang cukup dalam menjalani kehidupan yang tak selalu mulus rata.
Kita perlu simbol yang berkenaan dengan diri pribadi umat.
Itulah sebabnya wugu dan cha dibagikan untuk ditanak dengan beras dan dicampur dalam minuman agar menyatu dalam keseharian umat. Tentu saja kita perlu membagikan wugu dan cha dengan segenap 'rasa' yang ditunjukkan dalam prosesi pribadi ke pribadi, bukan seperti pembagian sembako dari pemerintah.
—Simbol pengharapan dan berkah.
Hidup tidaklah senantiasa lurus mulus. Cobaan, penderitaan dan bencana mewarnai perjalanan hidup. Tanaklah biji-bijian yang dibagikan bersama makanan yang daoqin masak agar terus terjaga kesadaran bahwa batin tempat cahaya kebajikan bersemayam harus terus dijaga dengan penuh tekad agar bersinar terang, menjauhkan putus asa, ego, iri-dengki dan keakuan.Laksana lima biji-bijian berkembang, dari kecilnya biji akan bertumbuh berjuta tumbuhan yang memberi kehidupan. Maka berkah Tian senantiasa menyertai daoqin yang bertaqwa dalam pengharapan.Camkan pesan Nabi. Terus makanlah hingga bulan menyembunyikan diri lalu kembali introspeksi diri.Tian Bao, Tian melindungi. Shanzai.
Cha (teh).
—Simbol introspeksi/mawas diri.
Kehidupan senantiasa perlu dipenuhi semangat introspeksi diri, sadar bahwa Tian telah berfirman dalam diri kita sehingga hidup perlu dijalankan dengan kehati-hatian. Apa yang kita lakukan tak ada yang tak terkena hukumNya.Saat ada masalah dalam hidup perlu mengedepankan introspeksi, mengkaji ke dalam diri. Saat gagal, mempunyai sikap seperti pemanah. Si pemanah mencari sebab-sebab kegagalan di dalam dirinya sendiri. Maka seduhlah teh ini di rumah, minumlah dan senantiasa ingatlah maknanya sehingga hidup senantiasa dalam dao dan dipenuhi berkah.Camkan pesan Nabi. Terus minumlah hingga bulan penuh untuk menggapai harapan.Tian Bao, Tian melindungi. Shanzai.
Tanah yang kering akan kembali subur saat dipelihara, diolah, dipupuk, dan diairi.
Tinggal mau tidak kita mengerjakannya. (bwt)
Catatan:
Wugu atau cha diletakkan di meja persembahyangan atau di tempat tertentu dekat meja persembahyangan dalam kantong-kantong kecil untuk dibagikan oleh rohaniwan dan pengkhotbah selesai kotbah kepada semua umat dan rohaniwan yang hadir.
Beberapa butir wugu ditanak setiap hari bersama beras di rumah selama 14/15 hari hingga tiba chuyi/ce it (bulan bersembunyi). Beberapa lembar cha dicampurkan ke dalam air minum di rumah selama 14/15 hari hingga tiba siwu/capgo (bulan penuh). Dapat pula dibagikan saat kebaktian sekitar chuyi/siwu bila tidak ada kebaktian chuyi/siwu.
Diskusi mengenai pembagian wugu dan cha beserta maknanya dilaksanakan pada saat pertemuan rohaniwan di Villa Via Renata Puncak.
Artikel ini pertama kali terbit di website www.uungsendana.com.
KOMENTAR