"Minoritas akan musnah, kecuali berkualitas untuk mayoritas."
oleh: Etno Frandy |
Wow, seram! Apalagi saya seorang minoritas. Minoritas ganda pula, tionghoa dan Khonghucu.
Apa benar pernyataan itu? Yang bicara seorang profesor dan dosen di Lemhanas, lembaga pencetak pemimpin nasional, loh. Gak mungkin dia bicara tidak ada data dan analisa yang ilmiah.
Terus kita harus bagaimana? Pasrah menunggu nasib? Atau kita berjuang mengubah nasib?
Di Kitab Suci kita, Mengzi V1 A, 11 Gao Zi (Shang), tertulis:
Apa benar pernyataan itu? Yang bicara seorang profesor dan dosen di Lemhanas, lembaga pencetak pemimpin nasional, loh. Gak mungkin dia bicara tidak ada data dan analisa yang ilmiah.
Terus kita harus bagaimana? Pasrah menunggu nasib? Atau kita berjuang mengubah nasib?
Di Kitab Suci kita, Mengzi V1 A, 11 Gao Zi (Shang), tertulis:
Mengzi berkata, "Cinta Kasih itulah Hati manusia. Kebenaran itulah Jalan manusia.""Kalau Jalan itu disia-siakan dan tidak dilalui. Hatinya lepas tidak tahu bagaimana mencarinya kembali; aizai-aizai, sungguh menyedihkan!"
Belum lama ini saya diadukan oleh seorang haji kepada pihak kepolisian atas tuduhan penyerobotan tanah. Saya dipanggil untuk diminta keterangan di kantor Polres.
Waduh, salah saya apa? Yang melaporkan saya Pak Haji pula. Keluarga khawatir takut ada apa-apa, sampai menyarankan agar ditemani aparat hukum saja. Saya jawab tenang saja. Dua jam pemeriksaan dokumen dan dimintai keterangan.
Sebulan kemudian, ada telepon dari pihak kepolisian untuk segera hadir di lokasi, karena sudah ditunggu oleh kepolisian dan Pak Haji. Saya bilang tunggu sepuluh menit untuk sampai di tempat. Keluarga kembali khawatir, apalagi saya hanya pergi seorang diri.
Alangkah kagetnya saya begitu sampai di lokasi. Dari kejauhan terlihat begitu banyak massa, ada hampir seratus orang. Jalanan sampai ramai dan macet, orang-orang ingin tahu apa yang terjadi. Saya lihat di situ ada pihak kepolisian, pengacara, tentara, satpol pp, camat, dan masyarakat sekitarnya.
Saya parkir mobil, pakai masker. Waduh, ramai amat. Kok, bisa begini? Saya tionghoa seorang diri menghadapi begini banyak orang. Saya bukan siapa-siapa dan gak punya apa-apa?
Sebulan kemudian, ada telepon dari pihak kepolisian untuk segera hadir di lokasi, karena sudah ditunggu oleh kepolisian dan Pak Haji. Saya bilang tunggu sepuluh menit untuk sampai di tempat. Keluarga kembali khawatir, apalagi saya hanya pergi seorang diri.
Alangkah kagetnya saya begitu sampai di lokasi. Dari kejauhan terlihat begitu banyak massa, ada hampir seratus orang. Jalanan sampai ramai dan macet, orang-orang ingin tahu apa yang terjadi. Saya lihat di situ ada pihak kepolisian, pengacara, tentara, satpol pp, camat, dan masyarakat sekitarnya.
Saya parkir mobil, pakai masker. Waduh, ramai amat. Kok, bisa begini? Saya tionghoa seorang diri menghadapi begini banyak orang. Saya bukan siapa-siapa dan gak punya apa-apa?
Apa yang akan terjadi? TIAN tolong bantu, saya berdoa dalam hati.
Dengan percaya diri tinggi, sambil tersenyum saya keluar dari mobil dan menyapa mereka semuanya. Pak Haji tersebut marah-marah dan teriak-teriak, lalu ditenangkan camat, dan polisi.
Dengan percaya diri tinggi, sambil tersenyum saya keluar dari mobil dan menyapa mereka semuanya. Pak Haji tersebut marah-marah dan teriak-teriak, lalu ditenangkan camat, dan polisi.
Kemudian semua dokumen, saksi dan lokasi diteliti. Saya ternyata terbukti tidak bersalah.
Pak Haji tidak terima. Akan saya bawa ke pengadilan, ancamnya.
Semua massa menyalahkan Pak Haji tersebut, mencaci maki, marah, dan mereka bilang haji bikin malu. Mereka meninggalkan Pak Haji seorang diri. Saya dekati Pak Haji tersebut, saya bilang sabar, kalau gak puas silahkan diselesaikan di pengadilan dan pamit pulang.
Sore hari Pak Haji dan istrinya datang ke rumah, saya sambut mereka dengan ramah.
Mereka bilang cukup sampai di sini saja kasusnya. Malah mereka menawarkan tanah mereka untuk saya beli, saya bilang nanti dipertimbangkan.
Dari kasus tersebut, saya berkeyakinan bahwa kebenaran itu ada. Watak sejati itu benar adanya. Watak sejati ada di semua manusia. Apapun agama dan sukunya. Kaya atau miskin, minoritas atau mayoritas.
Dari kasus tersebut, saya berkeyakinan bahwa kebenaran itu ada. Watak sejati itu benar adanya. Watak sejati ada di semua manusia. Apapun agama dan sukunya. Kaya atau miskin, minoritas atau mayoritas.
Kebenaran adalah kebenaran, dia tetap abadi.
Kita sebagai umat Khonghucu harus terus membina diri, agar kita dapat menjadi Junzi. Manusia yang berkualitas dan bermanfaat bagi seluruh rakyat Indonesia. Walaupun kita minoritas dalam jumlah, kita mayoritas dalam kebajikan.
Semoga apa yang dikhawatirkan Prof. AB Susanto tidak terbukti.
TIAN melindungi kita semua.
Shanzai. (bwt)
Dari Bangka pergi ke Bandung,
tidak lupa bawa terasi.
Malam ini ingin bersenandung,
Kita sebagai umat Khonghucu harus terus membina diri, agar kita dapat menjadi Junzi. Manusia yang berkualitas dan bermanfaat bagi seluruh rakyat Indonesia. Walaupun kita minoritas dalam jumlah, kita mayoritas dalam kebajikan.
Semoga apa yang dikhawatirkan Prof. AB Susanto tidak terbukti.
TIAN melindungi kita semua.
Shanzai. (bwt)
Dari Bangka pergi ke Bandung,
tidak lupa bawa terasi.
Malam ini ingin bersenandung,
sebagai ungkapan terima kasih.
KOMENTAR