Bagai burung-burung yang terbiasa hidup di dalam kandang. Apakah umat Khonghucu siap menghadapi tantangan masa depan?
oleh: Etno Frandy |
Hei, burung indah kenapa kamu senang dalam kandang?
Ayo, terbang, gunakan sayapmu, nikmati indahnya dunia ini.
Burung-burung indah di dalam kandang sadar, sampai kapan mereka harus di dalam kandang terus? Kenapa mereka tidak dilepaskan, bebas, seperti burung yang lain? Kami adalah burung-burung indah, sayap kami warna warni, suara kami merdu, tentu akan menambah indahnya dunia ini kalau kami bisa terbang seperti mereka.
Kemudian mereka berteriak kencang, bebaskan kami, kami berhak seperti burung yang lain!
Burung-burung indah di dalam kandang sadar, sampai kapan mereka harus di dalam kandang terus? Kenapa mereka tidak dilepaskan, bebas, seperti burung yang lain? Kami adalah burung-burung indah, sayap kami warna warni, suara kami merdu, tentu akan menambah indahnya dunia ini kalau kami bisa terbang seperti mereka.
Kemudian mereka berteriak kencang, bebaskan kami, kami berhak seperti burung yang lain!
Setiap hari kandang burung ribut, menyuarakan kepedihan hati mereka, yang diperlakukan tidak adil. Besi kandang tiap hari dipatuk, suara berisik siang dan malam. Mereka tidak takut tuan mereka akan marah dan menyembelih mereka.
Tekad sudah bulat, bebaskan kami!
Tuan mereka kaget, ada apa dengan burung-burung indah ini? Apa ada yang mengganggu? Apa makanan sudah habis? Tuan tersebut datang ke kandang, dilihatnya makanan utuh tidak tersentuh, di sekelilingnya tidak ada binatang lain. Dilihatnya burung-burung indah tersebut, memancarkan kemarahan, kesedihan, dan keputusasaan.
Tuan mereka kaget, ada apa dengan burung-burung indah ini? Apa ada yang mengganggu? Apa makanan sudah habis? Tuan tersebut datang ke kandang, dilihatnya makanan utuh tidak tersentuh, di sekelilingnya tidak ada binatang lain. Dilihatnya burung-burung indah tersebut, memancarkan kemarahan, kesedihan, dan keputusasaan.
Ada apa?
Lalu dilihatnya burung-burung lain terbang dan bersuara gembira di atas rumahnya.
Tersadarlah tuan tersebut, oooh, mereka ingin bebas. Tuan tersebut berpikir, buat apa mengurung burung-burung indah ini? Sudah saatnya mereka bebas. Saya sekarang sudah tua, siapa yang merawat mereka? Biarlah mereka bebas lepas, menentukan nasib mereka. Kemudian, kandang tersebut dibuka oleh tuan tersebut, dan membiarkan burung-burung indah lepas dan terbang tinggi.
Kandang sudah dibuka, bukan main gembiranya burung-burung indah tersebut. Lalu, burung-burung indah kaget dan galau. Mau apa kita? Terbang, sudah 20 tahun tidak pernah terbang lagi, sayap tidak terlatih, sudah kaku. Anak-anak burung apalagi, mereka belum pernah terbang, mau kemana? Cari makan di mana? Mau berlindung ke mana? Apakah burung-burung lain akan menolong kita?
Di tengah kebingungan, burung indah yang lebih tua mencoba untuk terbang. Namun, tidak lama jatuh. Sayapnya sudah tua, tidak kuat lagi. Dicoba lagi, dan jatuh lagi. Burung tua tidak patah semangat, terus berusaha sambil memberi semangat kepada yang muda-muda. Ada yang sudah bisa terbang, ada yang masih ragu-ragu, juga ada yang masih di dalam kandang, karena tidak mau ambil resiko.
Burung-burung indah tersebut, tidak sadar, mereka sudah diawasi oleh burung elang, ular, tikus, kucing, dan orang-orang yang dari dulu sudah siap memangsa mereka. Makanan empuk bagi pemangsa yang tidak bisa terbang, tidak mau berusaha dan diam pasrah.
Tersadarlah tuan tersebut, oooh, mereka ingin bebas. Tuan tersebut berpikir, buat apa mengurung burung-burung indah ini? Sudah saatnya mereka bebas. Saya sekarang sudah tua, siapa yang merawat mereka? Biarlah mereka bebas lepas, menentukan nasib mereka. Kemudian, kandang tersebut dibuka oleh tuan tersebut, dan membiarkan burung-burung indah lepas dan terbang tinggi.
Kandang sudah dibuka, bukan main gembiranya burung-burung indah tersebut. Lalu, burung-burung indah kaget dan galau. Mau apa kita? Terbang, sudah 20 tahun tidak pernah terbang lagi, sayap tidak terlatih, sudah kaku. Anak-anak burung apalagi, mereka belum pernah terbang, mau kemana? Cari makan di mana? Mau berlindung ke mana? Apakah burung-burung lain akan menolong kita?
Di tengah kebingungan, burung indah yang lebih tua mencoba untuk terbang. Namun, tidak lama jatuh. Sayapnya sudah tua, tidak kuat lagi. Dicoba lagi, dan jatuh lagi. Burung tua tidak patah semangat, terus berusaha sambil memberi semangat kepada yang muda-muda. Ada yang sudah bisa terbang, ada yang masih ragu-ragu, juga ada yang masih di dalam kandang, karena tidak mau ambil resiko.
Burung-burung indah tersebut, tidak sadar, mereka sudah diawasi oleh burung elang, ular, tikus, kucing, dan orang-orang yang dari dulu sudah siap memangsa mereka. Makanan empuk bagi pemangsa yang tidak bisa terbang, tidak mau berusaha dan diam pasrah.
Burung-burung indah yang sudah bisa terbang dimusuhi oleh burung-burung lain, karena keindahan bulu dan suara yang merdu. Mereka takut keberadaan burung-burung indah, mereka tidak dikagumi lagi. Mereka berusaha keras dan licik, burung-burung indah dikejar, dipatuk, dimatikan. Mereka beralasan tidak sama dengan mereka. Bermacam dalih dialamatkan, kata mereka itu burung komunis yang tuannya sudah tidak menerima lagi.
Nabi Kongzi bersabda, "Seorang yang berperi Cinta Kasih tidak merasakan susah payah, yang Bijaksana tidak dilamun bimbang, yang Berani tidak dirundung kecemasan."—Lunyu XIV: 28
Menjadi seorang Junzi tidak merasakan susah payah, tidak dilamun bimbang, dan tidak dirundung kecemasan. Tapi, masalah yang kita hadapi banyak dan ruwet.
Kita dulu bersama berjuang untuk dicabutnya Inpres No.14 thn 67. Satu masalah selesai, masalah lainnya sudah menunggu. Apa kita cukup puas hanya merayakan imlek saja? Itu pun sudah jadi masalah, karena sudah diklaim oleh orang lain juga. Masalah-masalah penting yang harus kita hadapi, ketersediaan guru Khonghucu, dana, internal organisasi, semangat mulai lemah, dan lain-lain.
Semua itu harusnya bisa kita atasi. Dulu kita bisa, sekarang kenapa tidak? Apa kita sekarang lebih miskin? Apa kita sekarang lebih bodoh? Apa kita sekarang lebih sedikit?
Semua itu harusnya bisa kita atasi. Dulu kita bisa, sekarang kenapa tidak? Apa kita sekarang lebih miskin? Apa kita sekarang lebih bodoh? Apa kita sekarang lebih sedikit?
Tidak! Banyak yang bisa kita perbuat, pertanyaannya mau atau tidak? Jangan sampai karena generasi kita sekarang tidak banyak berbuat, membuat Khonghucu mati pelan-pelan.
Kita berharap—berkat generasi kita sekarang—Khonghucu bisa maju cepat, minimal pelan-pelan.
Akhir kata, ayo kita berbuat!
Akhir kata, ayo kita berbuat!
Saling mengingatkan, saling bahu membahu, saling support, saling menyayangi, karena kita satu keluarga.
Ingat, badai belum berlalu, topan siap menghadang. (bwt)
Jalan-jalan pergi ke Bandung,
tidak lupa baca Genta Rohani.
Hari ini cuaca sudah mendung,
saya akhiri sampai di sini.
Ingat, badai belum berlalu, topan siap menghadang. (bwt)
Jalan-jalan pergi ke Bandung,
tidak lupa baca Genta Rohani.
Hari ini cuaca sudah mendung,
saya akhiri sampai di sini.
KOMENTAR