Sudah 75 tahun kita merdeka. Sudah banyak hasil pembangunan yang dicapai, namun masih banyak juga yang mesti harus kita kejar.
oleh: Etno Frandy |
Pertanyaan itu kenapa, kenapa, kenapa? Selalu membayangi dalam benak ini.
Saya tidak pernah menginginkannya dan berharap untuk dilahirkan di Indonesia dan beragama Konghucu. Di dalam rahim ibu, saya tidak tahu apapun dan tidak pernah minta apapun.
Apa hebatnya negara Indonesia? Apa bagusnya agama Konghucu?
Kakek nenek dan papa mama lahir di Indonesia, dan memutuskan untuk menjadi WNI. Mereka pemeluk agama Konghucu yang taat. Mereka bersumpah keturunannya harus mewarisi agama Konghucu.
Mengzi berkata, "Tiada sesuatu yang bukan karena Firman, maka terimalah itu dengan taat di dalam kelurusan."
Saya dilahirkan di suatu kampung kecil di pulau Bangka. Di sanalah ari-ari saya di tanam. Ada ikatan emosional antara saya dengan tempat kelahiran saya, yang tidak bisa dilupakan dan dipisahkan oleh jarak dan waktu.
Ada kenangan indah di waktu kecil dan dibesarkan.
Saya dilahirkan sebagai umat Konghucu, sejak 40 hari dilahirkan, orang tua sembahyang kepada Tian untuk melaporkan bahwa telah lahir anaknya yang beragama Konghucu dan sujud syukur atas karunia Tian. Jadi saya sudah "tercatat" sebagai umat Konghucu di "arsip" Tian.
Tanggal 17 Agustus ini kita akan memperingati Hari Kemerdekaan Indonesia. Sudah 75 tahun kita merdeka. Sudah banyak hasil pembangunan yang dicapai, namun masih banyak juga yang mesti harus kita kejar.
Tujuh puluh lima tahun bukan waktu yang muda lagi. Kalau usia manusia sudah masuk kategori tua. Bukan waktunya lagi kita santai-santai. Kita sudah tertinggal jauh kalau dibandingkan dengan negara Tiongkok—yang kemerdekaannya empat tahun lebih muda dari negara kita. Sudah banyak energi dan sumber daya alam yang terkuras untuk pembangunan ini.
Negara ini bukan hanya untuk penduduk sekarang saja. Anak cucu kita juga berhak! Jangan sampai kita habiskan energi dan sumber daya alam dengan jor-joran tanpa memikirkan nasib mereka. Kita jangan mewarisi hutang, yang akan menjadi beban mereka. Kita harus mewarisi kebanggaan buat mereka nanti.
Dirgahayu negaraku, jayalah selalu.
Marilah kita generasi sekarang bahu membahu untuk mengisi pembangunan ini. Bukan tugas pemerintah saja, tapi juga menjadi tugas kita untuk membantu pemerintah. Sekecil apapun kontribusi kita akan sangat berarti kalau kita melakukannya secara masif dan fokus.
Di sinilah aku dilahirkan, dibesarkan, dan di sinilah juga aku akan meninggalkan dunia ini.
Sebelum mata terpejam abadi dan tanah akan menutup peti, aku bersumpah Indonesia adalah negaraku.
Indonesia selalu di hatiku.
(bwt)
Burung garuda terbang tinggi,
kepak sayap indah di angkasa.
Wahai pemuda anak negeri,
jadikan Indonesia gagah perkasa.
KOMENTAR