Sosok yang ganteng, pintar, dan rendah hati.
Bratayana Ongkowijaya, S.E. XDS.
oleh: Etno Frandy |
GENTAROHANI.COM—Saya diperkenalkan Ws. Wawan Wiratma—ketua umum MATAKIN waktu itu—kepada Pak Brata di depan bandara Pangkal Pinang Bangka. Saya menjemput mereka dalam rangka pelantikan pengurus MAKIN Sungailiat pada tahun 2011. Sosok yang ganteng, pintar, dan rendah hati. Kita dalam satu mobil dan banyak cerita dalam segala hal.
Malam harinya saya menerima telepon dari Ws. Wawan Wiratma untuk ketemu bertiga di hotel. Kita bicara panjang lebar sampai larut malam. Ws.Wawan minta saya untuk membantu MATAKIN BaBel.
Dari pembicaraan kami bertiga, saya kagum akan pengetahuan agama Ru-Konghucu beliau yang begitu luas dan dalam. Juga bangga, karena MATAKIN mempunyai orang hebat seperti ini, seperti almarhum kakaknya Bpk. Ongko. Saya yakin Konghucu akan maju dan cepat berkembang. Lalu terlintas dibenak ini akan saya "curi" ilmunya.
Pada tanggal 11 Maret 2012, beliau kembali ke pulau Bangka bersama Ws. Wawan Wiratma dalam rangka peresmian kelenteng Kwan Im di kota Belinyu. Saya hadir di sana, sesudah acara peresmian, kita bicara-bicara santai.
Saya tanya ke Pak Brata, "Habis ini ada acara apa?"
Beliau jawab tidak ada, hanya istirahat di hotel.
Wah, sayang sekali orang pintar ini 'tidak dimanfaatkan'.
Lalu saya bicara dengan Pak Brata, mau tidak kita bertemu dengan anak-anak PAKIN Sungailiat dan memberi mereka pelajaran agama Konghucu?
Beliau menjawab, "Mau. Izin dulu sama panitia."
Kita pun meminta izin kepada panitia.
Saya sangat senang sekali bisa "menculik" Pak Brata. Dalam perjalanan dari Belinyu ke Sungailiat +30 km kita telepon anak-anak Pakin Sungailiat untuk kumpul, karena ada tamu hebat yang datang dan akan memberikan pelajaran yang berharga buat mereka.
Saya sangat senang sekali bisa "menculik" Pak Brata. Dalam perjalanan dari Belinyu ke Sungailiat +30 km kita telepon anak-anak Pakin Sungailiat untuk kumpul, karena ada tamu hebat yang datang dan akan memberikan pelajaran yang berharga buat mereka.
Kurang dari satu jam sampai kita di Sungailiat, dan sudah ditunggu anak-anak Pakin Sungailiat. Pertemuan tersebut sangat berkesan dan tidak akan terlupakan. Kita membuat acara serba mendadak, tanpa biaya, dan hasil memuaskan.
Pertemuan berikutnya pada tanggal 31 Juli 2012, dalam acara buka puasa bersama dengan ibu Sinta Nuriah Wahid di Sungailiat, Babel. Saya kebetulan ketua panitianya. Acara tersebut sukses dan lancar. Pada malam harinya kita berdiskusi dengan Pak Brata, Ws, Wawan Wiratma, Ibu Gianti Ketum PERKIN waktu itu dan suami Ibu Gianti, alm. Bpk Johanka. Kita berdiskusi sampai jam 3 pagi ! Luar biasa. Keesokan harinya saya sakit dan harus infus di rumah sakit. Pengalaman luar biasa dengan orang-orang luar biasa.
Pertemuan berikutnya pada tanggal 31 Juli 2012, dalam acara buka puasa bersama dengan ibu Sinta Nuriah Wahid di Sungailiat, Babel. Saya kebetulan ketua panitianya. Acara tersebut sukses dan lancar. Pada malam harinya kita berdiskusi dengan Pak Brata, Ws, Wawan Wiratma, Ibu Gianti Ketum PERKIN waktu itu dan suami Ibu Gianti, alm. Bpk Johanka. Kita berdiskusi sampai jam 3 pagi ! Luar biasa. Keesokan harinya saya sakit dan harus infus di rumah sakit. Pengalaman luar biasa dengan orang-orang luar biasa.
Mendengar Pak Brata meninggal dua tahun lalu, hati saya benar-benar sedih. Saya sangat kehilangan. Belum banyak ilmu yang dapat saya "curi" dan belum sempat saya "culik" lagi.
Saat menulis ini air mata terus menetes.
Terima kasih, Pak Brata.
Maafkan telah "menculik"-mu. Tenanglah di sana, kami akan terus berjuang, cita-citamu akan kami lanjutkan. Berbanggalah istri dan anak-anaknya yang memiliki suami dan papa yang hebat. Yang dikagumi dan diteladani oleh umat Konghucu.
Saya tidak mau mengakhiri tulisan ini, air mata terus menetes. Masih banyak lagi cerita yang lainnya. Tunggu saatnya nanti. (bwt)
Bangun pagi badan sehat,
siang kerja menjelang senja.
Sekarang waktunya kau istirahat,
kini tibalah kami yang kerja.
Saya tidak mau mengakhiri tulisan ini, air mata terus menetes. Masih banyak lagi cerita yang lainnya. Tunggu saatnya nanti. (bwt)
Bangun pagi badan sehat,
siang kerja menjelang senja.
Sekarang waktunya kau istirahat,
kini tibalah kami yang kerja.
KOMENTAR