Kita merasa hanya menjadi orang kecil yang tak punya kemampuan dan kesempatan untuk mengabdi pada bangsa negara dengan membantu pemerintahan.
oleh: Uung Sendana Linggaraja |
GENTAROHANI.COM—
Tanggal 17 Agustus 2020 adalah peringatan hari kemerdekaan negara kita tercinta yang ke-75 tahun.
Salah satu pertanyaan yang muncul dalam benak kita dan pada orang kebanyakan adalah apakah kita telah melakukan sesuatu untuk bangsa dan negara —karena kita tidak menjadi pejabat negara, presiden, menteri, gubernur, bupati, walikota, lurah, kades atau abdi negara tentara, polisi, jaksa atau hakim, bukan wakil rakyat atau tokoh masyarakat, bukan pula guru, pengurus organisasi sosial, masyarakat atau keagamaan, atau punya perusahaan besar yang menyediakan banyak lapangan kerja.
Kita merasa hanya menjadi orang kecil yang tak punya kemampuan dan kesempatan melakukan hal-hal 'besar' dan 'penting' atau menjadi 'orang besar' dan 'penting' untuk mengabdi pada bangsa negara dengan membantu pemerintahan.
Tak perlu berkecil hati.
Kita merasa hanya menjadi orang kecil yang tak punya kemampuan dan kesempatan melakukan hal-hal 'besar' dan 'penting' atau menjadi 'orang besar' dan 'penting' untuk mengabdi pada bangsa negara dengan membantu pemerintahan.
Tak perlu berkecil hati.
Mengabdi pada bangsa dan negara dengan membantu pemerintahan bukanlah melakukan hal-hal yang kita anggap 'besar' dan 'penting' atau menjadi orang 'besar' dan 'penting'. 'Besar' dan 'penting' itu relatif dari mana kita memandang.
Mari kita simak apa yang tercatat dalam Lunyu II: 21.
Ada orang bertanya pada Nabi Kongzi, "Mengapa Guru tidak memangku jabatan?"
Nabi menjawab, "Di dalam Shujing tertulis, 'Berbaktilah! Berbakti dan mengasihi saudara-saudara, ini sudah berarti membantu pemerintahan!' Mengapa harus memangku jabatan baru dinamai membantu pemerintahan?"
Keluarga adalah tiang negara. Negara adalah sekumpulan keluarga yang saling terkait dan berinteraksi membentuk masyarakat, masyarakat saling terkait dan berinteraksi dalam batas-batas wilayah dan diatur oleh tatanan sosial, hukum dan pemerintahan tertentu membentuk negara.
Keteraturan suatu negara sangat terkait erat dengan keteraturan suatu keluarga yang di dalamnya tercakup mengenai kewajiban, hak, dan relasi antar individu sesuai kedudukannya. Maka peranan individu dalam keluarga mempunyai peranan yang sangat penting dan terkait dengan keteraturan pemerintahan yang pada akhirnya menentukan jaya atau runtuhnya suatu negara.
Disabdakan dalam Da Xue IX:1.
Kita renungkan pula Da Xue IX: 3.
Kita seringkali melihat kesederhanaan dan hal kasat mata yang kita alami dan lakukan dalam keseharian kita sebagai hal yang 'kurang penting' dan 'kecil' dalam keseluruhan kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Kita seringkali merasa apa yang kita lakukan dalam keluarga adalah 'hal kecil' dan 'tidak penting', padahal apa yang kita anggap 'kecil' dan 'tidak penting' adalah hal besar dan penting bahkan mulia dalam peranan kita sebagai manusia yang berperilaku tepat dan berada dalam tempat hentian kita.
Membantu pemerintahan dalam upaya membangun kejayaan bangsa dan negara bukanlah hanya diartikan dengan hal-hal 'besar' dan 'penting' seperti dalam pemikiran kita seperti diuraikan dalam awal tulisan ini.
Teruslah berbakti dan mengasihi saudara-saudara apapun profesi dan pekerjaan Anda. Itu tidak mengurangi kontribusi kita dalam pemerintahan bagi kejayaan bangsa dan negara kita.
Dirgahayu Republik Indonesia ke-75 Tahun. (bwt)
Disabdakan dalam Da Xue IX:1.
"Adapun yang dikatakan, 'Untuk mengatur negara harus lebih dahulu membereskan rumah tangga' itu ialah: tidak dapat mendidik keluarga sendiri tetapi dapat mendidik orang lain itulah hal yang takkan terjadi. Maka seorang Junzi biar tidak keluar rumah, dapat menyempurnakan pendidikan di negaranya. Dengan berbakti pada ayah bunda, ia turut mengabdi kepada raja; dengan bersikap rendah hati, ia turut mengabdi pada atasannya; dan dengan bersikap kasih sayang, ia turut mengatur masyarakatnya."
Kita renungkan pula Da Xue IX: 3.
"Bila dalam keluarga saling mengasihi niscaya seluruh negara akan di dalam cinta kasih. Bila di dalam keluarga saling mengalah, niscaya seluruh negara akan di dalam suasana saling mengalah. Tetapi bilamana orang tamak dan curang, niscaya seluruh negara akan terjerumus dalam kekalutan; demikianlah semuanya itu berperanan. Maka dikatakan, sepatah kata dapat merusak perkara dan satu orang dapat berperanan menenteramkan negara."
Kita seringkali melihat kesederhanaan dan hal kasat mata yang kita alami dan lakukan dalam keseharian kita sebagai hal yang 'kurang penting' dan 'kecil' dalam keseluruhan kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Kita seringkali merasa apa yang kita lakukan dalam keluarga adalah 'hal kecil' dan 'tidak penting', padahal apa yang kita anggap 'kecil' dan 'tidak penting' adalah hal besar dan penting bahkan mulia dalam peranan kita sebagai manusia yang berperilaku tepat dan berada dalam tempat hentian kita.
Membantu pemerintahan dalam upaya membangun kejayaan bangsa dan negara bukanlah hanya diartikan dengan hal-hal 'besar' dan 'penting' seperti dalam pemikiran kita seperti diuraikan dalam awal tulisan ini.
Teruslah berbakti dan mengasihi saudara-saudara apapun profesi dan pekerjaan Anda. Itu tidak mengurangi kontribusi kita dalam pemerintahan bagi kejayaan bangsa dan negara kita.
Dirgahayu Republik Indonesia ke-75 Tahun. (bwt)
KOMENTAR