Ternyata, dalam kehidupan, menjadi Tukang Pembuat Tahu adalah cara terbaik agar dapat hidup mengikuti Watak Sejati. Bagaimana bisa begitu?
oleh Chew Kong Giok |
Kaisar merasa kasihan dan ingin membantu mereka, tapi sayangnya dia tidak membawa apapun ketika berkunjung ke Akhirat.
Staf Petugas Giam Lo Ong yang mendampingi lalu berkata, “Pinjam saja uang pada bagian bendahara.”
Staf Petugas Giam Lo Ong yang mendampingi lalu berkata, “Pinjam saja uang pada bagian bendahara.”
Sang Bendahara lalu melihat catatan dan memberitahu bahwa ada orang yang punya simpanan uang banyak sekali di Akhirat.
"Pinjam saja dari dia, nanti ketika kembali ke dunia, kamu bayar," ujar Sang Bendahara.
Singkat cerita, setelah meminjam uang, di Akhirat Kaisar membagi-bagikan uang untuk menolong mereka-mereka yang menderita.
Setelah kembali ke dunia, Kaisar mencari pemilik uang di Akhirat itu, yang akhirnya ditemukan di pinggiran kota. Ternyata ia seorang Tukang Pembuat Tahu. Kaisar lalu menceritakan peristiwa di Akhirat, dan ingin membayar pinjamannya. Tukang Tahu sebagai rakyat biasa merasa mendapat rejeki besar.
Setelah kembali ke dunia, Kaisar mencari pemilik uang di Akhirat itu, yang akhirnya ditemukan di pinggiran kota. Ternyata ia seorang Tukang Pembuat Tahu. Kaisar lalu menceritakan peristiwa di Akhirat, dan ingin membayar pinjamannya. Tukang Tahu sebagai rakyat biasa merasa mendapat rejeki besar.
Bagaimana Tukang Tahu tersebut dapat memiliki banyak tabungan uang di Akhirat? Rupanya karena tiap malam dia rajin membakar uang-uangan kertas untuk dikirimkan kepada orangtua dan leluhurnya.
Maka sejak saat itu banyak orang yang mengikuti jejak si Tukang Tahu, membakar uang-uangan kertas untuk para kerabat dan leluhurnya yang sudah meninggal dunia.
Makna apakah yang diperoleh dari cerita ini?
Dalam kehidupan masyarakat Tionghoa, dipenuhi dengan simbol-simbol dan permainan kata. Di mana satu kata dapat menyimbolkan kata lain dengan bunyi yang sama atau mirip.
Kata Tahu berasal dari bahasa Hokkian TOHU 豆腐, tetapi orang Indonesia akhirnya menyebutnya dengan kata TAHU.
TOHU 豆腐 dalam pinyin adalah Dòufǔ.
Cerita di atas juga memberi pesan bahwa di dalam hidup jadilah manusia yang Dao Fu 道夫 (Bapak Dao). Pesan dari suara Dao Fu (orang yang menjalankan hidup dalam Jalan Suci atau Dao), disimbolkan dengan 豆腐 Dou Fu (Tahu).
Di samping itu, tahu terbuat dari kacang kedelai. Kacang dengan sebutan DOU 豆 di sini yang dimaksud adalah Da Dou 大豆 (kacang kedelai). Da Dou dalam kisah ini menyimbolkan Da Dao (大道, Jalan Suci Yang Agung).
Selain itu kacang kedelai termasuk dalam jenis kacang-kacangan. Kata kacang dalam bahasa Mandarin disebut juga Hua Sheng Dou 花生豆. Pada zaman dahulu, di altar-altar leluhur atau di kelenteng-kelenteng diletakkan lampu minyak yang selalu menyala, dan minyak yang dipakai adalah minyak kacang tanah atau Hua Sheng You 花生油.
Perhatikan huruf Hua Sheng 花生, dapat ditafsirkan sebagai mengembangkan hidup, atau hidup yang berkembang/berbunga.
Proses secara alaminya pun mengandung makna mendalam. Tanaman kacang tanah itu tumbuh dengan bunga di luar sedangkan buahnya di dalam tanah, ini adalah simbol hidup lahiriah berkembang dan berbuah di dalam batiniahnya.
Karena itu kita dapat menafsirkan, untuk hidup yang berkembang jalankanlah Jalan Suci (DAO).
Dengan kisah ini, Kaisar Li Shi Min sesungguhnya ingin mengingatkan kepada rakyatnya, jadilah manusia yang menjalankan DAO atau Dao Fu 道夫 (bapak Dao) dengan membakar uang.
Membakar uang adalah menghanguskan uang, artinya hanguskan uang kita untuk membantu sesama yang membutuhkan, atau dengan kata lain "beramal".
Tradisi membakar uang-uangan kertas harus tetap dijalankan sebagai PENGINGAT, bahwa selama hidup kita harus menjalankan DAO (Jalan Suci), salah satu caranya adalah dengan beramal.
Jalan Suci :
1. Ren 仁 Cinta Kasih
2. Yi 義 Kebenaran
3. Li 禮 Kesusilaan
4. Zhi 智 Bijaksana
Hal ini terkait dengan pesan Nabi Kongzi:
永言配命,自求多福Yǒng yán pèi mìng, zì qiú duō fúIngatlah selalu Firman Tian, karena ini banyak memberi rezeki (dan kebahagiaan).
Yang kemudian muncul istilah:
行道多福Xíng dào duō fúMenjalankan Dao memberi banyak rejeki/bahagia.
Tetapi sayangnya, rakyat lebih mengikuti simbolnya saja dengan membakar uang-uangan kertas. Padahal ada pesan tersembunyi yang mendalam tentang bagaimana menjadi manusia sejati.
Inilah salah satu contoh ajaran agama yang berkembang menjadi tradisi.
Tradisinya tetap dijalankan (membakar uang kertas), agamanya (asal usul tradisi) dilupakan.
Sehingga tidak heran orang menganggap sinis pada Agama Konghucu yang terwujud dalam tradisi seperti, dan akhirnya dianggap hanya sebagai kepercayaan dan takhayul belaka. (bwt)
KOMENTAR