oleh: Uung Sendana Linggaraja | GENTAROHANI.COM — Berapa lama manusia pada umumnya mampu bertahan hidup tanpa minum air? Pada d...
oleh: Uung Sendana Linggaraja |
GENTAROHANI.COM— Berapa lama manusia pada umumnya mampu bertahan hidup tanpa minum air?
Pada dasarnya, berapa lama manusia bisa bertahan hidup tanpa air dipengaruhi oleh berbagai macam faktor. Misalnya usia, kondisi kesehatan tubuh, cuaca, serta aktivitas fisik seseorang.
Menurut penelitian, manusia normal umumnya hanya dapat bertahan hidup selama 100 jam atau sekitar tiga sampai empat hari, jika tidak minum air sama sekali.
Pakar-pakar kesehatan menganjurkan kita untuk minum 8 gelas air atau sekitar 1.5 sampai 2 liter air dalam satu hari agar kita terhindar dari dehidrasi. Dehidrasi akan membahayakan kesehatan kita. Hal ini tidak mengherankan, karena lebih dari 70% tubuh kita terdiri atas air.
Menurut penelitian yang lain, pemakaian air rata-rata rumah tangga perkotaan di Indonesia sebesar 144 liter per orang per hari. Pemakaian terbesar adalah untuk keperluan mandi sebesar 60 liter per hari atau 45 persen dari total pemakaian air. Kecuali kalau Anda jarang mandi. Dengan rata-rata pemakaian air harian per orang seperti ini, dapat dibayangkan betapa besar sebetulnya kebutuhan umat manusia di bumi akan air.
Kitab suci yang merupakan wahyu Tian dan diturunkan melalui para Nabi telah memberi petunjuk pada kita sebagai umat Khonghucu, air adalah salah satu unsur penting dalam wu xing atau 5 unsur penggerak seperti tertulis dalam Shu Jing V. IV: 4-5. Jin, shui, mu, huo, tu; logam, air, kayu, api dan tanah yang tak dapat terpisahkan dari kehidupan manusia dan berbagai makhluk di alam semesta, bahkan merupakan sumber dan inti kehidupan.
Dari fakta yang ada dan apa yang tertera dalam kitab suci, kita mengerti bahwa manusia dan berbagai makhluk hidup tak akan dapat bertahan hidup di dunia ini, bahkan sebetulnya takkan ada kehidupan di dunia ini tanpa adanya air atau unsur air.
Persoalannya, dengan semakin berkembangnya populasi manusia dan menyusutnya ketersediaan air bersih, air mulai menjadi masalah yang mengkhawatirkan dan dapat mengancam kehidupan di bumi ini.
Di Jawa misalnya, tempat sebagian besar penduduk Indonesia tinggal dan air selalu dipersepsikan sebagai sumber daya terbarukan karena mengalami musim hujan setiap tahun. Pada kenyataannya curah hujan di Jawa tidak pernah bertambah, bahkan karena berbagai faktor seperti perubahan iklim dan semakin menyusutnya luas hutan, dalam beberapa tahun terakhir cenderung menurun. Menurut penelitian yang dilaksanakan LIPI, curah hujan di Jawa cenderung terus berkurang sekitar 3%.
Ancaman krisis air di Jawa semakin diperparah oleh faktor antropogenik: pengambilan air secara besar-besaran untuk rumah tangga dan industri maupun alih fungsi lahan yang menyebabkan daerah resapan air semakin berkurang.
Di samping itu, krisis air semakin parah dipicu oleh adanya tren peningkatan temperatur udara. Karena kenaikan suhu, sampai mendekati 2 derajat celcius pada tahun 2070, evaporasi atau penguapan air akan menjadi tinggi dan menyebabkan defisit air.
Fakta-fakta ini memperlihatkan pada kita kebutuhan air terus naik, tapi air makin berkurang dan tercemar.
Kalau pemerintah dan masyarakat tidak melakukan apa-apa, kita harus sangat khawatir.
Kita bisa belajar dan meneladani apa yang telah dilakukan oleh orang bijak dan para nabi melalui peristiwa dalam sejarah dan apa yang tertera dalam kitab suci.
Dalam kitab Shu Jing V.IV: 3 tercatat bahwa Tian Yang Maha Esa berkenan mengaruniakan wahyu Hong Fan (Pedoman Agung) yang didalamnya terkandung wu xing kepada Nabi Yu. Nabi Yu mampu mengatasi air bah karena jalinan wu xing indah terselenggara, tidak dengan mengacaukannya. Nabi Yu berhasil melakukan pekerjaannya mengatasi banjir sesuai perintah Raja Shun sesuai hukum alam, tidak dengan menentang hukum alam. Dalam Shu Jing II. IV. I:1, dikatakan bahwa Nabi Yu tidak membendung air bah sehingga mengacaukan wu xing tapi mengalirkan air ke berbagai penjuru sesuai sifat air.
Memang itulah yang harus dilakukan oleh manusia. Manusia tidak semestinya mencoba menaklukkan alam, lebih bijak mengerti hukum alam dan terus bekerja dengan tidak mencoba menentang hukum alam, menjaga keharmonisan dan bekerjasama dengan alam sebagai satu kesatuan dalam tiga entitas, San Cai: Tian Di Ren.
Dalam mengatasi krisis air bersih yang dikhawatirkan akan terjadi tidak lama lagi, sudah semestinya kita mulai mawas diri untuk tidak lagi bertindak sebagai 'penguasa' bumi yang berlaku seenaknya menebangi dan membakar hutan, mempersempit lahan resapan, alih fungsi lahan, mengambil air tanah dengan berlebihan, mengotori air dan tanah dengan sampah plastik, melakukan industrialisasi dan penambangan tanpa memperhatikan dampak lingkungan, mengotori sungai dengan sampah dan limbah, terus tak peduli dengan efek rumah kaca dan emisi karbon yang membawa dampak pada perubahan iklim serta banyak lagi tindak kita yang tak terkontrol dan mengganggu lingkungan, sehingga akhirnya apa yang kita lakukan akan kembali pada kita dalam keterkaitan Tian Di Ren.
Krisis air bersih akan dapat diatasi bila semua pihak saling bekerjasama bahu membahu, secara sengaja mengurangi faktor penyebab yang ditengarai menimbulkan krisis air bersih.
Kitab Yi Jing mengajarkan pada kita bahwa alam terus menerus melakukan perubahan dan peleburan dan kita bisa berkontribusi bagi perubahan dan peleburan ke arah kehancuran dan kepunahan spesies kita ataukah menuju ke arah yang lebih baik. Apapun yang kita lakukan, hukum Tian yang mewujud dalam hukum alam akan terus bekerja seperti air yang mengalir siang malam tiada henti.
Masing-masing dari kita dapat memulai dari tindakan sederhana semisal menanam pohon di pekarangan rumah, mengurangi penggunaan plastik, berhemat dalam penggunaan listrik dan air, menyediakan tanah di pekarangan rumah agar ada resapan air, memperpendek waktu penggunaan AC, menggunakan deterjen, sabun dan bahan dan alat rumah tangga yang ramah lingkungan, memperbanyak naik sepeda atau jalan kaki dan banyak lagi hal sederhana lain yang dapat kita lakukan.
Tinggal kita mau atau tidak melakukannya.
Lebih bijak kita mulai melakukannya sekarang untuk hari esok yang lebih baik. (bwt)
Lebih bijak kita mulai melakukannya sekarang untuk hari esok yang lebih baik. (bwt)
KOMENTAR