Ws. Setianda Tirtarasa, rohaniwan senior dari Khonghucu, sang ikon gerakan kebhinekaan.
oleh: Uung Sendana Linggaraja |

Pak Setianda adalah orang langka.
Beliau mengabdi pada agama dan lembaga Khonghucu dengan tulus tanpa pamrih. Kedudukan atau gelar bukanlah hal utama bagi beliau. Bagi orang yang kenal cukup dekat dengan Pak Setianda, akan tahu bahwa melayani umat dengan tulus penuh perhatian dan kasih sayang adalah karya dan kebahagiaan terbesar beliau.
Pak Setianda adalah man in action yang tanpa kenal lelah melayani umat dengan tulus, tanpa membeda-bedakan strata sosial. Apakah umat bertempat tinggal di gang sempit, di perkampungan-perkampungan nun jauh di sana dan sulit dijangkau, ataukah umat dengan sederet mobil bertempat tinggal di gedung megah di pinggir jalan raya, dalam semangat pengabdian beliau sama pentingnya untuk diperhatikan dan dilayani.
"Pak, silakan duduk di dalam, sudah disediakan tempat untuk Bapak di depan," kata panitia mempersilahkan Pak Setianda untuk masuk dalam perayaan tahun baru imlek nasional.
Sambil tersenyum dan menengok ke atas balkon, Pak Setianda menjawab, "Biar oweh duduk di atas saja menemani umat."
Dengan segera Pak Setianda beranjak menghampiri dan menyapa umat yang berduyun-duyun hadir, bergeming walau dipersilakan berkali-kali untuk duduk di depan.
Begitulah sikap keteladanan Pak Setianda yang selalu saya kagumi.
Saya mengenal Pak Setianda sejak saya masih kecil. Beliau berkali-kali datang ke rumah orang tua saya di Bandung. Setelah saya pindah ke Jakarta pertemuan kami lebih sering lagi.
Keluarga kami banyak berhutang budi pada Pak Setianda. Upacara duka dan liyuan pernikahan keluarga kami dilaksanakan oleh Pak Setianda, padahal dilaksanakan di Bandung, 100 km lebih dari rumah kediaman beliau di Cisalak.
Yang membuat kami jengah tapi menambah rasa kagum dan respek adalah beliau melakukan dengan tulus, misalnya tak pernah mau menerima angpao sebagai ucapan terima kasih keluarga kami. Beliau selalu menolak dengan halus. Pak Setianda memberi pelayanan tanpa pamrih.
Pak Setianda lahir pada tanggal 19 November 1939. Hari ini 27 September 2020 pukul 06.49 WIB, beliau berpulang dalam usia hampir 82 tahun.
Banyak karya kebajikan dan keteladanan Pak Setianda yang akan terus tertanam dalam batin saya dan umat yang pernah merasakan pelayanan dan keramahan beliau yang begitu tulus.
Pak Setianda lahir pada tanggal 19 November 1939. Hari ini 27 September 2020 pukul 06.49 WIB, beliau berpulang dalam usia hampir 82 tahun.
Banyak karya kebajikan dan keteladanan Pak Setianda yang akan terus tertanam dalam batin saya dan umat yang pernah merasakan pelayanan dan keramahan beliau yang begitu tulus.
Kebajikan pasti beroleh tetangga.
Cita-cita mulia Pak Setianda tentu akan ada yang meneruskan, bukan hanya oleh anak, mantu, dan cucu tapi juga oleh umat yang telah Bapak 'sentuh' dengan keramahan dan pelayanan bapak.
Cita-cita mulia Pak Setianda tentu akan ada yang meneruskan, bukan hanya oleh anak, mantu, dan cucu tapi juga oleh umat yang telah Bapak 'sentuh' dengan keramahan dan pelayanan bapak.
Keteladanan bersuara lebih lantang daripada sekadar kata-kata terucap.
Keramahan dan kepedulian Pak Setianda tak terbatas di kalangan umat Khonghucu tapi pada masyarakat sekitar dan di sekolah tempat beliau mengabdi. Oleh sebab itu ketika saya ditanya kawan, apakah ada rohaniwan senior dari Khonghucu yang dapat dijadikan ikon gerakan kebhinekaan, tanpa ragu saya ajukan nama Pak Setianda sebagai salah satu ikon.
Selamat jalan Pak Setianda, tenang dan damailah dalam kemuliaan kebajikan Tian.
Keramahan dan kepedulian Pak Setianda tak terbatas di kalangan umat Khonghucu tapi pada masyarakat sekitar dan di sekolah tempat beliau mengabdi. Oleh sebab itu ketika saya ditanya kawan, apakah ada rohaniwan senior dari Khonghucu yang dapat dijadikan ikon gerakan kebhinekaan, tanpa ragu saya ajukan nama Pak Setianda sebagai salah satu ikon.
Selamat jalan Pak Setianda, tenang dan damailah dalam kemuliaan kebajikan Tian.
Nai Tong Tian. (bwt)
KOMENTAR