oleh: Uung Sendana Linggaraja | GENTAROHANI.COM Pagi mendengar akan Jalan Suci, sore hari mati pun ikhlas. Ayat dari Lunyu IV: ...
oleh: Uung Sendana Linggaraja |
Pagi mendengar akan Jalan Suci, sore hari mati pun ikhlas.
Ayat dari Lunyu IV: 8 ini mengandung beberapa penafsiran:
Ayat dari Lunyu IV: 8 ini mengandung beberapa penafsiran:
- Kita perlu mempersiapkan diri saat pagi/sedini mungkin (usia muda) untuk membina diri, belajar dan menghayati dao (jalan suci) hingga pada saat sore hari (usia tua) siap untuk pulang kepada Yang Empunya kehidupan.
- Setelah sepanjang hidup tidak mengenal dao, suatu hari mendapat kesempatan mendengar dao lalu tersadar atas kekeliruan dan kesalahan yang dilakukan dalam kehidupannya, maka dia ikhlas bila tak lama kemudian dipanggil pulang oleh Yang Empunya kehidupan.
- Pengertian harfiah. Pada pagi hari mendengar dao maka bila sore hari memang sudah waktunya harus pulang kepada Yang Empunya kehidupan, dia ikhlas.
Ayat di atas jelas berkaitan dengan keikhlasan kepulangan seseorang pada Yang Empunya kehidupan. Mari kita kaji.
Seperti kita ketahui, manusia terlahir kedunia ini memperoleh anugerah 4 + 4 + 4 yang pernah saya tulis dalam penulisan terdahulu.
BACA JUGA: Anugerah Lahir 4 + 4 + 4
Saat manusia berpulang, Qi (spirit) nya akan kembali ke Tian, Bo (jasad) nya akan kembali ke bumi. Yang tersisa adalah Ling (sukma) dan Hun (arwah) manusia mau ke mana?
Yang menjadi persoalan adalah Hun (arwah) nya. Apakah akan bersatu harmonis dengan Ling (sukma) dan Qi (spirit) ataukah akan mengembara (gentayangan) di dunia?
Saat seseorang dalam hidupnya tidak dipenuhi kebahagiaan dan kepuasan, disebabkan kurangnya memperhatikan pengembangan kehidupan rohani, dipenuhi keinginan karena nafsu yang kurang terkendali dalam batas tengah dan tidak atau jarang menjalankan kebajikan, maka arwahnya akan mengembara/gentayangan tak dapat kembali ke Yang Empunya kehidupan.
Yang menjadi persoalan adalah Hun (arwah) nya. Apakah akan bersatu harmonis dengan Ling (sukma) dan Qi (spirit) ataukah akan mengembara (gentayangan) di dunia?
Saat seseorang dalam hidupnya tidak dipenuhi kebahagiaan dan kepuasan, disebabkan kurangnya memperhatikan pengembangan kehidupan rohani, dipenuhi keinginan karena nafsu yang kurang terkendali dalam batas tengah dan tidak atau jarang menjalankan kebajikan, maka arwahnya akan mengembara/gentayangan tak dapat kembali ke Yang Empunya kehidupan.
Bila seseorang tak abai mengembangkan kehidupan rohani, menjaga nafsu keinginannya dalam batas tengah dan berupaya terus menjalankan kebajikan dalam kehidupannya maka hun (arwah) nya akan bersatu harmonis dengan ling (sukma) dan qi (spirit) nya, maka kehidupannya dipenuhi kebahagiaan dan kepuasan. Kondisi inilah yang memampukan manusia dapat kembali pada Yang Empunya kehidupan. Pulang dengan penuh keikhlasan.
Kembali ke ayat awal. Tafsir manakah yang benar dari ketiga tafsir tersebut?
Saya berpandangan ketiga tafsir tersebut mengandung unsur kebenaran, yang penting satu kondisi mesti terpenuhi, yaitu apakah setelah orang tersebut mendengar Jalan Suci 'di pagi hari' merasakan kepuasan dan kebahagiaan sehingga ikhlas untuk pulang pada Yang Empunya kehidupan.
Walau demikian, tentu saja kondisi yang pertama adalah yang terbaik. Sedia payung sebelum hujan. Bersiap sedini mungkin membina diri untuk menyongsong tibanya senja hari dalam kehidupan kita.
Namun, kenyataannya kebanyakan dari kita tidak/belum beroleh kesempatan mempersiapkan diri sedini mungkin karena berbagai alasan, seperti misalnya lama dalam kehidupannya tak bertemu dengan 'guru' yang mampu menjelaskan tentang dao dengan tepat dan mengena, hingga kesempatan itu tiba di tengah perjalanan hidup dan tersadar atas kekeliruan dan kesalahan yang dilakukan dalam kehidupan. Tak masalah.
Dalam titik ekstrim lain, bisa saja terjadi dalam hidup manusia, pada saat pagi baru saja mendengar dao lalu sore dipanggil oleh empunya kehidupan. Masih bagus bisa tersadar walau sore hari ajal menjemput. Tidak ada kata terlambat.
Saya analogikan kondisi ini dengan sabda Nabi dalam Zhongyong XIX: 9,
Kembali ke ayat awal. Tafsir manakah yang benar dari ketiga tafsir tersebut?
Saya berpandangan ketiga tafsir tersebut mengandung unsur kebenaran, yang penting satu kondisi mesti terpenuhi, yaitu apakah setelah orang tersebut mendengar Jalan Suci 'di pagi hari' merasakan kepuasan dan kebahagiaan sehingga ikhlas untuk pulang pada Yang Empunya kehidupan.
Walau demikian, tentu saja kondisi yang pertama adalah yang terbaik. Sedia payung sebelum hujan. Bersiap sedini mungkin membina diri untuk menyongsong tibanya senja hari dalam kehidupan kita.
Namun, kenyataannya kebanyakan dari kita tidak/belum beroleh kesempatan mempersiapkan diri sedini mungkin karena berbagai alasan, seperti misalnya lama dalam kehidupannya tak bertemu dengan 'guru' yang mampu menjelaskan tentang dao dengan tepat dan mengena, hingga kesempatan itu tiba di tengah perjalanan hidup dan tersadar atas kekeliruan dan kesalahan yang dilakukan dalam kehidupan. Tak masalah.
Dalam titik ekstrim lain, bisa saja terjadi dalam hidup manusia, pada saat pagi baru saja mendengar dao lalu sore dipanggil oleh empunya kehidupan. Masih bagus bisa tersadar walau sore hari ajal menjemput. Tidak ada kata terlambat.
Saya analogikan kondisi ini dengan sabda Nabi dalam Zhongyong XIX: 9,
Ada orang yang sejak lahir sudah bijaksana, ada yang karena belajar lalu bijaksana, ada yang menanggung sengsara lalu bijaksana, tetapi kebijaksanaan itu satu juga.
Ada orang yang dengan tenang tenteram dapat menjalani, ada yang karena melihat faedahnya lalu dapat menjalani dan ada pula yang dengan susah payah memaksa diri untuk menjalani.
Tetapi hasilnya akan satu juga.
Anda memilih yang mana?
Saya anjurkan segeralah cari dan dengarkan dao bukan hanya dengan telinga yang ada di batok kepala Anda, tapi juga dengan 'telinga' batin Anda. (bwt)
Saya anjurkan segeralah cari dan dengarkan dao bukan hanya dengan telinga yang ada di batok kepala Anda, tapi juga dengan 'telinga' batin Anda. (bwt)
KOMENTAR