|TERBARU     /fa-fire/_$type=slider$sn=hide$cate=0$show=home$va=0$d=0$cm=0

Pembinaan Pemuda Khonghucu

oleh: Uung Sendana Linggaraja     |      GENTAROHANI.COM— Pada saat saya aktif di PAKIN Bandung lebih dari tiga dekade yang lalu, PAKIN B...


oleh: Uung Sendana Linggaraja   |   


GENTAROHANI.COM— Pada saat saya aktif di PAKIN Bandung lebih dari tiga dekade yang lalu, PAKIN Bandung sedang mengalami 'kebangkitan'. Ketika itu kebaktian diisi oleh puluhan anak muda dari berbagai daerah dan lebih dari sembilan puluh persen adalah mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Bandung. 

Pada masa itulah beberapa kegiatan mulai dilaksanakan atau dikerjakan kembali dan dapat bertahan hingga bertahun-tahun kemudian bahkan hingga kini. Sebut saja MIDK Genta Rohani yang dapat bertahan lebih dari sepuluh tahun (sekarang kembali dapat dibaca versi digital) dan Dispenkasi yang dapat bertahan hingga kini.

Pada masa itu kami sudah menyadari bahwa di samping aktivitas kesenian, olah raga, hiking, hang-out, main kartu atau hura-hura lain, pemuda perlu dipacu semangat belajar mendalami agama agar rohaninya tidak kosong dan dapat memperoleh pedoman hidup saat terjun ke masyarakat.

Beberapa orang sangat bergairah untuk berdiskusi agama dan saat ada kesempatan membaca buku-buku agama serta buku-buku lain. Penerbitan Genta Rohani (GR) lebih memacu gairah tersebut karena terbit setiap bulan dan memerlukan naskah. Ketika itu bahan bacaan sangat minim dan belum memasuki era internet. Medsos belum ada. Litang di Stasion Selatan 15 menjadi markas besar tempat kami berkumpul, bermain, mengerjakan GR, beribadah, dan berdiskusi.

Di samping diskusi-diskusi informal, salah satu program pembinaan yang dilaksanakan di PAKIN Bandung adalah program kaderisasi dan diskusi agama yang dilaksanakan selama lebih kurang 12 minggu dari bulan September hingga bulan Desember. Setelah mengikuti program pembinaan, bagi yang telah mantap akan terpanggil untuk mengucapkan prasetya dalam liyuan umat yang dilaksanakan pada saat Dongzhi. Saya pribadi mengucapkan prasetya dalam liyuan umat pada saat Dongzhi tahun 1989 M/2540 Kongzili.

Saat program pembinaan, PAKIN Bandung kerap mengundang narasumber dari dalam dan luar kota seperti: Xs. Masari Saputra (Jakarta), Ws. Ir. Wastu Pragantha Zhong (Jakarta), Xs. Indarto (Solo), Ir. Gotok Hianwijaya (Bandung), dan suhu Chew Kong Giok (Cirebon/Bandung). Pernah mengundang pula Ws. Hendrayana Ongkowijaya yang biasanya mengajak adiknya, Bratayana Ongkowijaya.

Berbagai topik dipresentasikan dan didiskusikan: sejarah, keimanan, etika, filsafat, Konfusianisme, teologi, San zi jing, Yijing, persembahyangan, pembinaan diri, organisasi, dll.

Dalam berbagai kesempatan, Xs. Masari (alm) mengatakan sangat berterima kasih atas kesempatan diundang oleh PAKIN Bandung. Kita tahu, Xs. Masari adalah salah seorang yang mendalami kitab-kitab Khonghucu melalui kajian Wen Yan Wen dan menerjemahkan dengan begitu indah beberapa lagu rohani Khonghucu ke dalam hua yu

Menurut Xs. Masari dia dapat melakukan itu karena peran PAKIN Bandung yang memberi kepercayaan padanya untuk menjadi narasumber. Karena pertanyaan-pertanyaan kritis dilontarkan oleh anak-anak PAKIN yang memacu dirinya terus belajar dan mendalami agama Khonghucu. Tanpa pertanyaan-pertanyaan kritis itu, menurut Xs. Masari dirinya tak akan memperoleh kemajuan besar dalam memahami agama Khonghucu. Satu sikap rendah hati yang patut diteladani.

Ir. Wastu Pragantha Zhong (alm) dalam berbagai kesempatan mengatakan merasa bersemangat dengan antusiasme PAKIN Bandung ketika itu. Pak Zhong merasa tak sendirian dalam memupuk semangat belajar agama dan etika Khonghucu. Salah satu keinginan Pak Zhong untuk menerjemahkan buku Etika Konfusian dari Singapore disambut antusias oleh PAKIN Bandung, dan PAKIN Bandung menyelesaikan tugas yang diberikan. 

Dalam hampir setiap kesempatan, Pak Zhong membagikan foto kopi buku-buku agama Khonghucu yang telah beliau baca. Sebagai 'pendatang baru' di organisasi Khonghucu, Pak Zhong memang termasuk kutu buku dan gemar mengajak siapa saja yang ditemuinya untuk mempelajari root culture, dalam hal ini ajaran Khonghucu. 

Tak heran, Pak Zhong puluhan tahun menjadi dosen dan pejabat di pemda DKI. Beliau adalah pendiri fakultas teknik Universitas Tarumanagara Jakarta. Di usia paruh baya, Pak Zhong memperoleh pencerahan dan panggilan jiwa untuk berbuat sesuatu bagi sesamanya dalam bidang keagamaan.

Tak berbeda jauh dengan Xs. Indarto dari Solo yang merasa terkesan dengan sikap anak-anak PAKIN Bandung dalam antusiasme dan sikap kritis saat berdiskusi. Pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan kadang tak terduga dan nyeleneh. Tak jarang timbul perdebatan karena perbedaan pendapat mengenai tafsir suatu ayat. Pak Indarto adalah seorang yang sangat sistematis dalam menjelaskan agama Khonghucu, terutama dalam menjelaskan mengenai pembinaan diri. Pak Indarto merupakan contoh seorang rohaniwan-pengusaha. 

Suhu Chew Kong Giok adalah pembina utama PAKIN Bandung yang tak perlu lagi diceritakan betapa besar peran beliau dalam pembinaan agama, begitu pula Ir. Gotok adalah orang yang banyak mempunyai pemikiran out of the box.

Perlu diketahui, ketika itu kitab suci agama Khonghucu yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia baru kitab Su Si (Sishu, Kitab yang Empat). Maka diskusi lebih banyak mengenai kitab tersebut.

Satu hal luar biasa, para narasumber ini menghadiri undangan menjadi narasumber tanpa dibayar sepeser pun, bahkan mereka membayar ongkos transport dari kocek pribadi mereka. PAKIN Bandung tak cukup kemampuan untuk membayar.

Pada tahun 1992 saya pergi merantau ke Jakarta dan berkarir di sana meninggalkan kenangan yang menghiasi perjalanan hidup saya.

Setiap merenung mengenai kehidupan, saya selalu dipenuhi rasa syukur pernah menjalani masa-masa tersebut. Banyak pembelajaran yang didapat. Bacaan, pelajaran, diskusi, gairah, keingintahuan, ambisi, idealisme, perbedaan pendapat, pertengkaran, kecaman, hujatan, pujian, kekaguman, kesombongan, dan bahkan perkeliruan mewarnai perjalanan hidup dan menjadi fondasi yang kokoh dalam menapak kehidupan selanjutnya. 

Keberhasilan dan kegagalan, pujian dan hujatan, kesulitan dan perjuangan, kekhawatiran dan tekad, rasa lelah dan pencapaian, kemunduran dan kemajuan, air mata dan tawa, rasa lapar dan kenikmatan yang terus mewarnai kehidupan telah biasa dilatih dalam kawah candra dimuka masa-masa itu. Rasa kesal, sedih, kecewa, hujatan, caci maki, putus asa, air mata yang dirasakan ketika itu seiring berjalannya waktu menjadi momen-momen yang patut disyukuri, tak menyisakan luka, yang ada menggurat ketegaran dan kekuatan saat mengalami hal yang sama di hari-hari setelahnya.

Itu yang saya rasakan seiring berjalannya waktu. Tapi tak semua kawan mendapat pelajaran yang sama, tak semua kawan mensyukuri yang ada. Tak semua kawan mau meneruskan perjalanan dalam jalan yang sama hingga sampai di ujungnya. Ada luka, ada nestapa, ada kecewa dan ada kata tanya tak terjawab bagi mereka hingga mereka mencari jawaban di jalan berbeda.

Pada masa yang sama, di berbagai daerah para pemuda menempa diri di kawah candradimuka di ujung berbeda. Ada KOMPAK di Kabupaten Bogor-Depok, ada IPAKIN Priatim di Priangan Timur, dan ada ASSOY di Jawa Tengah. Tangerang aktif melakukan  susi study. Mungkin mereka mempunyai program pembinaan berbeda. Mungkin cara dan materi diskusi mereka berbeda.

Bagaimana hasil pembinaan tersebut? Pertanyaan yang pas untuk dilontarkan untuk evaluasi dan pembelajaran.

Tidak sedikit orang-orang yang aktif terlibat dalam kegiatan-kegiatan tersebut hingga sekarang menjadi aktivis, pengurus, dan rohaniwan di berbagai daerah dan di Matakin. Beberapa di antaranya terus mendalami agama, menjadi dosen, guru, guru sekolah minggu, maupun rohaniwan. Beberapa diantaranya lebih memilih menjadi aktivis organisasi baik organisasi Khonghucu maupun organisasi lintas agama. Tidak sedikit pula yang berpindah agama karena berbagai alasan.

Di antara orang-orang yang bertahan, tidak selamanya selalu seiring sejalan, walau tetap dalam biduk organisasi yang sama, kadang timbul perbedaan tafsir agama, baik ilmu agama maupun peribadahan, begitupun perbedaan pandangan dalam organisasi.

Sebetulnya hal tersebut adalah hal yang wajar seperti disabdakan dalam Lunyu IX: 30:
"Yang dapat diajak belajar bersama, belum berarti dapat diajak menempuh dao; yang dapat diajak menempuh dao, belum berarti dapat diajak bersama berteguh; dan yang dapat diajak berteguh, belum berarti dapat bersesuaian paham."




Apakah dengan demikian pembinaan yang dilaksanakan berhasil? 

Jawabannya relatif. Bila melihat para aktivis, tokoh dan rohaniwan berbagai daerah dan pusat, pembinaan ini sangat berhasil. Bila melihat jumlah yang bertahan/berteguh, tidak berpindah keyakinan atau tidak lagi aktif dibandingkan dengan jumlah yang mengikuti kegiatan tersebut, pembinaan kurang berhasil.

Tingkat keberhasilan tersebut disinyalir berkaitan dengan minat para pemuda tersebut untuk menggali ajaran agama. Semakin tinggi ketertarikan pemuda mendalami agama, semakin tinggi tingkat keberhasilan, begitu pula sebaliknya.

Bagaimana dengan pemuda di era internet dan medsos sekarang ini? Jawabannya balik lagi tergantung pada ketertarikan mereka dalam mendalami agama. Apakah pemuda sekarang banyak yang berminat mendalami agama atau tidak?

Bila tidak, hasilnya saya pikir tidak akan jauh berbeda dengan pemuda-pemuda dahulu.

Pemuda sekarang menjalani kehidupan berbeda dengan pemuda masa lalu. Apakah sanggup memahami ajaran lama, lalu dapat menerapkan pada yang baru?

PR besar yang perlu diprioritaskan adalah bagaimana membangkitkan minat para pemuda pada ajaran agama.

Perlu pula ada perhatian serius mengenai cara dan materi pembinaan agar tingkat keberhasilan dapat meningkat. Yang digarap bukan saja aspek pengetahuan agama tapi penting memperhatikan upaya meningkatkan religiusitas, bahkan spiritualitas para peserta. Pemanfaatan teknologi tak boleh diabaikan. Agama harus mampu menjawab tantangan dan persoalan hidup umat di era internet dan artificial intelligent seperti sekarang, bukan sekedar menjadi pengetahuan semata.

Tantangan yang tak mudah, bahkan berat. Apalagi bila para rohaniwan dan tokoh-tokoh Khonghucu tidak cukup familiar dengan penggunaan teknologi.

Kalau minat mendalami agama di kalangan pemuda tidak dapat dibangkitkan, jangan heran bila konversi agama akan terus berjalan, bahkan akan semakin cepat. (bwt)


KOMENTAR

BLOGGER
Nama

GERBANG,81,KIBAR KABAR,15,LAYAK NGERTI,50,LORONG,58,NOT,1,PILIHAN,117,SANGGURDI,7,SEPATU,8,TOPI,23,TSN,78,TSUN,4,USL,73,VIDEO,32,YUHO,1,ZATH,1,ZBWT,13,ZEF,23,ZEVA,1,ZKG,28,
ltr
item
Genta Rohani: Pembinaan Pemuda Khonghucu
Pembinaan Pemuda Khonghucu
https://cdn.pixabay.com/photo/2016/11/29/13/08/skateboard-1869727_1280.jpg
Genta Rohani
https://www.gentarohani.com/2020/12/pembinaan-pemuda-khonghucu.html
https://www.gentarohani.com/
https://www.gentarohani.com/
https://www.gentarohani.com/2020/12/pembinaan-pemuda-khonghucu.html
true
9139491462367974246
UTF-8
Loaded All Posts Not found any posts LIHAT SEMUA Baca lebih Balas Batal Hapus Oleh Beranda PAGES POSTS View All Rekomendasi untuk Anda LABEL ARSIP CARI ALL POSTS Not found any post match with your request Kembali ke Beranda Minggu Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Min Sen Sel Rab Kam Jum Sab Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des baru saja 1 menit lalu $$1$$ menit lalu 1 jam lalu $$1$$ jam lalu Kemarin $$1$$ hari lalu $$1$$ minggu lalu lebih dari 5 minggu lalu Followers Follow KONTEN PREMIUM Harap SHARE untuk membuka kunci Copy All Code Select All Code All codes were copied to your clipboard Can not copy the codes / texts, please press [CTRL]+[C] (or CMD+C with Mac) to copy