Kalau bukan kita yang menghormati orang tua kita, lantas siapa? Melihat orang tua tersenyum dan gembira merupakan suatu kebahagiaan yang luar biasa.
oleh: Etno Frandy |
GENTAROHANI.COM—Ada kekecewaan dan kesedihan yang dialami oleh sebagian umat Konghucu Indonesia dengan ketidakhadiran Presiden Jokowi dalam acara Imlek Nasional yang diadakan oleh MATAKIN (Majelis Tinggi Agama Konghucu Indonesia) sejak menjabat sampai sekarang.
Tidak ada alasan yang bisa menenangkan hati umat Konghucu Indonesia.
Tapi, umat harus berprasangka baik, kemungkinan presiden menghadapi kesibukan yang luar biasa sehingga tidak ada waktu untuk menghadiri acara tersebut.
Saya bermimpi alangkah indahnya jika peran presiden tersebut digantikan oleh orang tua kita. Acara tersebut mengundang para orang tua yang sudah sepuh dan ditempatkan pada barisan terdepan sebagai tamu kehormatan, dan didapuk untuk memberikan kata sambutan.
Saya bermimpi alangkah indahnya jika peran presiden tersebut digantikan oleh orang tua kita. Acara tersebut mengundang para orang tua yang sudah sepuh dan ditempatkan pada barisan terdepan sebagai tamu kehormatan, dan didapuk untuk memberikan kata sambutan.
Sudah pasti orang tua kita sangat bahagia, di akhir perjalanan hidup mereka dihargai dan dihormati. Dan diakhiri dengan kita kui ( hormat sambil bersujud di lantai) mereka bersama-sama dan serentak mohon ampun dan mendoakan kesehatan dan kebahagiaan mereka.
Kalau bukan kita yang menghormati orang tua kita, lantas siapa? Melihat orang tua tersenyum dan gembira merupakan suatu kebahagiaan yang luar biasa. Bukankah bakti adalah ajaran utama bagi umat Konghucu?
Kalau bukan kita yang menghormati orang tua kita, lantas siapa? Melihat orang tua tersenyum dan gembira merupakan suatu kebahagiaan yang luar biasa. Bukankah bakti adalah ajaran utama bagi umat Konghucu?
Dalam 8 Kebajikan, Bakti adalah yang pertama.
"Aku ingin membahagiakan orang-orang yang sudah lanjut usianya, bersikap dapat dipercaya kepada kawan dan sahabat, dan mengasuh para muda dengan kasih sayang," sabda Nabi Kongzi.—Lunyu Jilid V : 26, 4.
Kenapa juga harus presiden atau pejabat menghadiri suatu acara?
Seakan-akan acara tersebut tidak bermakna lagi tanpa kehadiran mereka. Kita tidak perlu mengganggu mereka dengan terpaksa untuk datang menghadiri acara kita. Mereka ditugaskan untuk memikirkan suatu tugas yang amat berat, kesejahteraan, kesehatan, keamanan, dan lain sebagainya untuk seluruh rakyat Indonesia.
Tentunya kita juga tidak menginginkan tugasnya presiden hanya menghadiri acara-acara yang bersifat seremonial belaka yang sebenarnya bisa digantikan oleh orangtua kita sendiri. Terlalu besar biaya untuk mendapatkan seorang presiden, dan terlalu mewah fasilitas seorang presiden kalau tugasnya hanya menghadiri dan meresmikan suatu acara.
Kita tuntut presiden untuk berpikir dan bekerja keras untuk mengatasi masalah negara ini.
Kecewa?
Kecewa?
Ya, saya juga kecewa.
Tapi, kita harus berprasangka baik. Semoga Presiden kita dapat bersikap adil dan bijaksana. Kita doakan Presiden diberi kesehatan dan umur panjang. Suatu saat nanti kalau beliau sudah jadi warga biasa, kita undang untuk menghadiri acara kita dan kita beri tempat yang terdepan dan terhormat.
Semoga ada kesempatan lagi buat hadir.
Jangan buang waktu untuk memikirkan orang yang tidak mengharapkan kita. Tapi, luangkan waktu untuk memikirkan orang yang mengharapkan kita.
Jangan buang waktu untuk memikirkan orang yang tidak mengharapkan kita. Tapi, luangkan waktu untuk memikirkan orang yang mengharapkan kita.
Kita harus membiasakan yang benar. Bukan, membenarkan yang biasa.
Biasa belum tentu benar. (bwt)
Jangan sedih, jangan marah,
Lebih baik kita bergembira.
Jangan tunggu amplop merah,
Lebih baik telepon saudara.
Gong he xin xi, wan shi ru yi
Selamat Tahun Baru
2572 Kongzili
Jangan sedih, jangan marah,
Lebih baik kita bergembira.
Jangan tunggu amplop merah,
Lebih baik telepon saudara.
Gong he xin xi, wan shi ru yi
Selamat Tahun Baru
2572 Kongzili
KOMENTAR