Mengzi adalah murid dari murid Zisi, cucu Nabi Kongzi. Sejarahnya samar-samar. Kebanyakan orang mengatakan bahwa ia hidup antara tahun 370 dan 290 SM.
oleh: Uung Sendana Linggaraja |
GENTAROHANI.COM—Dalam lima tulisan ke depan, akan dituliskan secara singkat lima tokoh utama agama dan filsafat Konghucu setelah era Nabi Kongzi (551–479 s.M) dari masa yang berbeda, yaitu: Mengzi (371–289 SM) dan Xunzi (289–238 SM), Dong Zhong Shu (179–104 SM) beserta mazhab naskah lama dan mazhab naskah baru pada masa dinasti Han, serta dua tokoh yang dikenal sebagai tokoh Neo Confucianisme atau Dao Xue Jia: Zhu Xi (1130–1200 M) dan Wang Yang Ming (1472–1528 M) yang dirangkum dari berbagai sumber pustaka.
Pada tulisan kali ini kita kenali mengenai Mengzi dan Ajarannya.
Sampai akhir ia berdebat dengan para sarjana dan menyerang lawan-lawannya, terutama para pengikut Mozi (479–438 M) dan Yangzi (440–360 M). Seperti Nabi Kongzi, ia berkeliling selama empat puluh tahun dari sekitar tahun 354 SM atau sebelumnya, untuk memberikan nasihat kepada para raja untuk pembaruan/ perbaikan. Seperti Nabi Kongzi, ia pernah menjadi pejabat di Negeri Qi dari 319–312 SM. Seperti Nabi Kongzi, ia adalah anak berbakti, ketika menjadi pejabat di negeri Qi, ia berduka selama tiga tahun atas kematian ibunya.
Namun, satu hal berbeda dari keduanya adalah kita sebenarnya tidak mengetahui apapun tentang keluarga Mengzi atau kehidupan pribadinya. Mengzi adalah murid dari murid Zisi, cucu Nabi Kongzi. Sejarahnya samar-samar. Kebanyakan orang mengatakan bahwa ia hidup antara tahun 370 dan 290 SM, jadi ia sezaman dengan Sunzi, Chuangzi, dan Plato, ia sering dibandingkan dengan mereka.
Perbedaan terbesar dari Mengzi dan Nabi Kongzi adalah doktrin mereka. Pada dasarnya, ajaran-ajaran Mengzi berasal dari Nabi Kongzi. Namun di dalam doktrin utama dari ajaran Konfusian, yaitu sifat manusia, Mengzi mengambil langkah besar ke depan, dan teori barunya mewarnai doktrin-doktrinnya yang lain. Jika Nabi Kongzi tidak lebih dari menyiratkan bahwa sifat manusia adalah baik, Mengzi menyatakan dengan pasti bahwa sifat manusia pada dasarnya adalah baik.
Ia membangun seluruh ajarannya pada prinsip ini. Karena manusia pada dasarnya adalah baik, secara logis:
(1) manusia memiliki pengetahuan bawaan tentang yang baik dan “kemampuan bawaan” untuk berbuat baik;
(2) jika seseorang “mengembangkan hati dengan sepenuhnya” dia bisa “mengabdi kepada Tuhan” dan “menetapi nasibnya”;
(3) kejelekan tidak dibawa sejak lahir tapi karena kegagalan dan ketidakmampuan manusia itu sendiri untuk menjauhi pengaruh buruk dari luar;
(4) upaya-upaya serius harus dilakukan untuk memulihkan sifat asli (watak sejati); dan
(5) akhir dari pembelajaran tidak lain dari “menemukan hati yang hilang.”
Doktrinnya mengenai pemulihan watak sejati membangun basis filosofi Li Ao . Doktrinnya mengenai pengetahuan bawaan dan kemampuan bawaan menjadi tulang belakang filosofi idealistis Wang Yang-ming dan para pengikutnya selama beratus-ratus tahun. Teori umumnya tentang kebaikan sifat manusia memberikan pengaruh hebat kepada seluruh gerakan ajaran Konghucu di abad milenium, terutama kepada Tai Chen.
Pada masa itu ada tiga teori lain di samping teorinya sendiri tentang apakah sifat manusia itu baik atau buruk. Yang pertama mengatakan bahwa sifat dasar manusia tidak baik ataupun tidak buruk. Yang kedua menyatakan bahwa sifat dasar manusia bisa baik ataupun bisa buruk. Dan yang ketiga menyatakan bahwa sifat dasar pada beberapa manusia adalah baik dan pada beberapa yang lain adalah buruk.
Menurut Mengzi semua manusia dalam watak sejati mereka ‘memiliki empat benih’ kebajikan, jika semuanya bisa sepenuhnya berkembang, maka akan menjadi empat kebajikan yang tetap. Kebajikan-kebajikan ini, jika tidak terganggu oleh kondisi eksternal akan berkembang secara alamiah dari dalam, bagaikan sebatang pohon yang tumbuh dengan sendirinya dari benih, atau setangkai bunga yang berkembag dari kuncupnya.
Mengapa manusia seharusnya membiarkan empat benih ini berkembang secara bebas daripada membiarkan nafsu-nafsu tak terkendali? Mengzi mengatakan bahwa empat benih inilah yang membedakan manusia dengan binatang. Oleh karena itu benih-benih ini harus dikembangkan karena hanya dengan mengembangkan benih-benih inilah manusia benar-benar menjadi manusia.
Karena sifat manusia adalah baik, maka cinta kasih merupakan bawaan lahir. Tapi Mengzi mengatakan dengan tegas bahwa melatih cinta kasih harus dimulai dari keluarga, ia sangat menentang doktrin Mozi tentang cinta kasih universal tanpa pembedaan. Ia sering menganjurkan cinta kasih/perikemanusiaan (ren) dan kebenaran/keadilan (yi) dilakukan beriringan, karena menurutnya cinta kasih/perikemanusiaan diperlukan untuk menyatukan manusia dan keadilan diperlukan untuk memberi pembedaan. Ia merupakan yang pertama membangkitkan kebenaran ke tingkatan tertinggi di dalam nilai moral.
Menurut Mengzi, alam semesta secara esensial adalah alam semesta moral. Prinsip-prinsip moral manusia adalah juga prinsip-prinsip metafisika alam semesta, dan sifat dasar manusia merupakan percontohan dari prinsip-prinsip ini. Alam semesta moral inilah yang dimaksud Mengzi dan mazhabnya ketika berbicara tentang Tian (Tuhan), dan pemahaman tentang alam semesta moral inilah yang dikatakan Mengzi sebagai “mengenal Tuhan”. Jika seseorang mengenal Tuhan, ia bukan hanya warga masyarakat, tetapi juga seorang “rakyat Tuhan”.
Mengzi membuat perbedaan antara “anugerah/kemuliaan Tuhan” dan “anugerah/ kemuliaan manusia”. “Anugerah/kemuliaan Tuhan” adalah semua yang dapat dicapai oleh manusia dalam dunia nilai, sedangkan kemuliaan manusia adalah semata-mata hanya konsep-konsep material dalam dunia manusia. Rakyat Tuhan—justru karena ia rakyat Tuhan—maka berbuat hanya untuk kemuliaan Tuhan, bukan untuk kemuliaan manusia.
Mengzi berkata, “Ada kemuliaan karunia Tuhan dan ada kemuliaan pemberian manusia. Cinta kasih, kebenaran, satya, dapat dipercaya dan gemar akan kebaikan dengan tidak merasa jemu, itulah kemuliaan karunia Tuhan Yang Maha Esa. Kedudukan raja muda, menteri dan pembesar itulah kemuliaan pemberian manusia. Orang jaman dahulu membina kemuliaan kemuliaan Tuhan YME dan kemudian mendapatkan kemuliaan pemberian manusia.”
Di dalam pemerintahan ia juga menekankan bahwa cinta kasih/perikemanusiaan dan kebenaran harus menjadi hal yang pokok. Ia dengan tegas menganjurkan “pemerintahan yang berkebajikan”. Faktanya, ia adalah yang pertama menggunakan istilah tersebut. Ia dengan kuat menentang kebenaran untuk memanfaatkan, mengambil keuntungan dan pamrih. Ia berupaya menggantikan “cara menganiaya” atau cara paksa, dengan “cara raja” atau dengan kekuatan moral.
Karena kekuatan moral melekat di dalam diri setiap orang, maka dalam diri setiap orang “telah tersedia lengkap”; setiap individu dapat menjadi orang suci dan bijaksana; dan semua orang sederajat dengan orang lain. Bagi Mengzi, rakyat adalah faktor terpenting dalam pemerintahan, rakyat memiliki hak untuk mengadakan revolusi. Konsep revolusi bukan hanya sekedar ayat dalam kitab Mengzi tetapi juga membuatnya sebagai penyokong demokrasi politik terbesar dalam sejarah Tiongkok.
Meskipun ia merupakan seorang revolusioner, Mengzi tidak menyimpang dari haluan umum yang diyakini Nabi Kongzi. Maka, apa yang terdapat dalam Kitab Mengzi adalah Ajaran Konghucu yang ortodoks, dikembangkan bersamaan dengan garis idealis.
Mengzi mengajak dunia menyelamatkan kehidupan rakyat, menentang peperangan, membenci pembunuhan-pembunuhan, memberi bobot berat kepada kebenaran dan bobot ringan kepada keuntungan, mengajak pemimpin dunia memuliakan kedudukan rakyat, mau bersuka duka bersama rakyat, menekankan bahwa pemerintahan wajib didasari cinta kasih. Yang melindungi rakyat dialah raja, sebaliknya yang sewenang-wenang kepada rakyat akan binasa.
Mengzi mengajak manusia meluruskan hati, menjunjung kelurusan, menghindari perbuatan sesat, menjaga hati merawat watak sejati sebagai dasar pengabdian kepada Tuhan dan menegakkan firman dalam penghidupan.
Mengzi mengajak kita menegakkan hak-hak asasi manusia, sadar akan kehormatan diri sebagai makhluk ciptaan Tian yang berbudi, merawat qi (semangat) sehingga tidak dapat dibengkokkan, menghayati cinta kasih sebagai rumah selamat/sentosa, kebenaran sebagai jalan lurus. (bwt)
KOMENTAR