Zhisheng Kongzi mengingatkan pada kita bahwa penimbunan kekayaan akan menimbulkan perpecahan di antara rakyat.
oleh: Uung Sendana Linggaraja |
GENTAROHANI.COM—Berdirinya organisasi Budi Utomo pada 20 Mei 1908 oleh Dr. Soetomo dan para mahasiswa STOVIA (School tot Opleiding van Indische Artsen) menandai kebangkitan nasional Indonesia.
Peringatan Hari Kebangkitan Nasional yang ke-113 tahun mengingatkan pada kita semua bahwa bangsa Indonesia harus terus membangkitkan dan menggelorakan rasa dan semangat persatuan, kesatuan, nasionalisme, dan kesadaran untuk bahu membahu memperjuangkan kemerdekaan dari kemiskinan, kebodohan dan ketidakadilan.
Pembangunan nasional seyogianya bukan hanya berfokus pada GNP atau GDP. Tujuan pembangunan nasional kita adalah keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Keadilan terwujud bila pemerataan pembangunan menjadi prioritas. Pertumbuhan ekonomi tidak akan meningkatkan kebahagiaan pada rakyat karena pertumbuhan ekonomi bisa saja disebabkan oleh korporasi besar dan tidak dinikmati oleh rakyat banyak.
Pembangunan bukanlah semata-mata pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi hanya salah satu faktor yang menunjang kebahagiaan rakyat. Kebahagiaan rakyat ditunjukkan dengan meningkatnya Gross National Happiness. Saat keadilan sosial meningkat maka bisa dipastikan kebahagiaan meningkat.
Zhisheng Kongzi mengingatkan pada kita bahwa penimbunan kekayaan akan menimbulkan perpecahan di antara rakyat. Tersebarnya kekayaan akan menyatukan rakyat.
Beliau pun menandaskan kalau ada keadilan, tiada persoalan kemiskinan; kalau ada persatuan, tidak ada persoalan kekurangan orang, dan kalau ada perasaan sentosa, niscaya tidak ada bahaya yang perlu ditakuti. Kalau dengan cara ini orang yang jauh masih tidak mau tunduk, tariklah dengan membina kebudayaan dan kebajikan. Setelah datang berilah hidup sentosa.
Untuk mewujudkan hal tersebut hal utama dan pertama yang perlu dilakukan adalah menjauhkan diri dari sikap koruptif serta mementingkan diri sendiri, kelompok, dan golongan. Pembangunan negeri kita seharusnya berjalan dengan lebih cepat bila sikap koruptif serta mementingkan diri sendiri, kelompok, dan golongan dapat dihilangkan.
Apapun yang dilakukan takkan memperoleh hasil maksimal bila sikap koruptif dan membelakangkan kepentingan negara terus menggurita dan menjadi fenomena yang nampak lazim.
Mafia migas, mafia daging sapi, mafia garam, dan mafia di bidang apapun adalah karena sikap koruptif serta mementingkan diri sendiri, kelompok, dan golongan, di atas kepentingan rakyat dan negara.
Untuk menciptakan pemerintahan dan rakyat yang bersih, harus dimulai dari keteladanan pemimpin. Setelah pemimpin memberi keteladanan, pendidikan moral harus menjadi prioritas utama, lalu diikuti penegakan hukum tanpa pandang bulu.
Zhisheng Kongzi mengingatkan pada kita bahwa penimbunan kekayaan akan menimbulkan perpecahan di antara rakyat. Tersebarnya kekayaan akan menyatukan rakyat.
Beliau pun menandaskan kalau ada keadilan, tiada persoalan kemiskinan; kalau ada persatuan, tidak ada persoalan kekurangan orang, dan kalau ada perasaan sentosa, niscaya tidak ada bahaya yang perlu ditakuti. Kalau dengan cara ini orang yang jauh masih tidak mau tunduk, tariklah dengan membina kebudayaan dan kebajikan. Setelah datang berilah hidup sentosa.
Untuk mewujudkan hal tersebut hal utama dan pertama yang perlu dilakukan adalah menjauhkan diri dari sikap koruptif serta mementingkan diri sendiri, kelompok, dan golongan. Pembangunan negeri kita seharusnya berjalan dengan lebih cepat bila sikap koruptif serta mementingkan diri sendiri, kelompok, dan golongan dapat dihilangkan.
Apapun yang dilakukan takkan memperoleh hasil maksimal bila sikap koruptif dan membelakangkan kepentingan negara terus menggurita dan menjadi fenomena yang nampak lazim.
Mafia migas, mafia daging sapi, mafia garam, dan mafia di bidang apapun adalah karena sikap koruptif serta mementingkan diri sendiri, kelompok, dan golongan, di atas kepentingan rakyat dan negara.
Untuk menciptakan pemerintahan dan rakyat yang bersih, harus dimulai dari keteladanan pemimpin. Setelah pemimpin memberi keteladanan, pendidikan moral harus menjadi prioritas utama, lalu diikuti penegakan hukum tanpa pandang bulu.
Saat pemimpin hanya menanyakan dan mengutamakan keuntungan, maka para pembesar akan melakukan hal yang sama dan rakyat jelata pun akan bertanya apakah yang dapat menguntungkan dirinya. Bila yang berkedudukan tinggi maupun rendah hanya berebut keuntungan, niscaya negara akan di dalam bahaya.
Saya adalah tipe orang optimis. Tapi memperhatikan kondisi bangsa dan negara sekarang ini—terutama dalam moralitas—seringkali terselip rasa pesimis Indonesia akan dapat memanfaatkan bonus demografi dan lepas dari middle income trap, apalagi terwujudnya keadilan sosial.
Tanpa upaya sistematis dan sungguh-sungguh dalam menyelesaikan PR tersebut terlebih dahulu, pembangunan yang dilakukan hampir dapat dipastikan takkan menuju cita-cita berdirinya Negara Republik Indonesia seperti diamanatkan dalam Pembukaan UUD NRI 1945. (bwt)
Da Xue X: 9. Lunyu XVI: 1, Mengzi IA: 1
KOMENTAR