Membereskan Bawah Langit oleh: Uung Sendana Linggaraja | GENTAROHANI.COM— Seringkali orang-orang mengatakan para Sheng dalam a...
Membereskan Bawah Langit
oleh: Uung Sendana Linggaraja |
GENTAROHANI.COM—Seringkali orang-orang mengatakan para Sheng dalam agama Konghucu atau Rujiao adalah Filsuf; dan ajaran-ajarannya merupakan hasil pemikiran para sheng tersebut.
Dikatakan Yijing adalah filsafat dan tidak ada kaitannya dengan agama.
Apakah kedua hal tersebut tepat?
Mari kita simak Da Zhuan atau Xi Ci (Babaran Agung) dan Shuo Gua (Pembahasan) dari Shi Yi (Sepuluh Sayap) Kitab Yijing tentang Sheng (Nabi).
Babaran Agung (A) IV: 21-22 menjelaskan bagaimana seorang Sheng (Nabi) memahami tentang alam semesta dan kehidupan.
"Dengan menengadah memeriksa kecemerlangan tanda-tanda di langit, menunduk memeriksa hukum-hukum dan hal-hal yang berkaitan dengan bumi; maka Sheng (Nabi) memahami sebab daripada gelap dan terang, melacak semua asal muasal dan akhir pulangnya. Maka, dipahami tentang mati dan hidup; betapa jing (sari) dan qi (semangat) menjadikan benda atau makhluk dan bagaimana mengembaranya hun (arwah) menjadikan perubahan. Demikianlah diketahui bagaimana sifat hakikat daripada Gui (nyawa) dan shen (rokh), anima dan animus."
"Dia serasi dengan Langit dan Bumi, maka tidak melanggar. Pengetahuannya mencakup berlaksa benda dan Jalan SuciNya membereskan bawah langit ini; maka tidak berkesalahan. Berjalan berdamping dengan apapun tidak hanyut. Bahagia di dalam Tian dan mengerti akan Firman (Le Tian Zhi Ming). Maka tiada sedih cemas. Ia selamat di tanahnya, sentosa di dalam kedudukannya dan murnilah Cinta Kasihnya. Maka benar-benar mampu mencinta."
Babaran Agung (A) VII: 38-41, menjelaskan pada manusia bagaimana Sheng (Nabi) mampu memecahkan keruwetan yang ada di bawah langit.
"Nabi mampu melihat segenap keadaan ruwet yang ada di bawah langit ini berdasar bentuk dan sifat yang beraneka ragam itu, lalu dilukis untuk menunjukkan bentuk beda dan watak-wataknya.
Nabi mampu melihat segala gerakan yang ada di bawah langit ini, lalu memeriksa bagaimana semuanya itu berkumpul dan menembusi sejalan dengan Hukum Suci Tian (Tian Li).
Garis-garis diagram itu berbicara tentang keadaan yang paling ruwet yang ada di bawah langit ini tanpa menimbulkan rasa benci/jemu; berbicara tentang segala gerak yang ada di bawah langit ini tanpa menyebabkan kekacauan.
Setelah mendalami apa yang dimaksud baharulah dibicarakan, setelah bermusyawarah baharulah dilaksanakan. Melalui pendalaman dan musyawarah itu akan disempurnakan perubahan dan peleburan itu."
Babaran Agung (A) X: 59 menjelaskan empat Jalan Suci Sheng (Nabi).
Di dalam Yijing tersurat adanya Jalan Suci Nabi yang berjumlah empat. Dalam bicara wajib memuliakan maksudnya (1); dalam bergerak wajib memuliakan perubahan-perubahannya (2); dalam mengolah sarana wajib memuliakan petanya (3); dan dalam bernubuat, menetapkan prakira wajib memuliakan cara mengkaji (qian) (4).
Babaran Agung (A) XI: 73 menjelaskan mengenai kemampuan luar biasa seorang Sheng (Nabi).
"Demikianlah Tuhan Yang Maha Esa menciptakan benda yang memiliki kekuatan rokhani itu, dan Nabi memanfaatkannya. Gerakan langit dan bumi menimbulkan perubahan dan peleburan dan Nabi mengikutinya. Tuhan Yang Maha Esa menurunkan Xiang, peta yang menampakkan rakhmat - nahas, dan Nabi membuat babaran petanya. Dimunculkan wahyu He Tu (Gambar/peta dari sungai He) dan Luo Shu (Kitab tulisan dari sungai Luo), dan Nabi membakukannya."
Babaran Agung (A) XII: 79 kemampuan Sheng (Nabi) memecah keruwetan.
"Maka dengan Xiang, peta itu, Nabi dapat melihat segenap keadaan ruwet di bawah langit ini. Dengan menetapkan di dalam batin berbagai bentuk dan sifat itu, dibuatlah Xiang, peta sesuai dengan sifat bendanya; itulah yang dinamai Xiang, babaran peta. Nabi mampu melihat berbagai gerak di bawah langit ini. Dengan memeriksa yang berkumpul maupun yang menembusi, dirumuskan sesuai dengan Hukum Tuhan (Tian Li); lalu dengan He Su, Babaran Agung ini dipecahkan keraguan untuk menunjukkan mana yang rakhmat dan mana yang nahas. Maka dinamai garis atau kalam."
Shuo Gua (Pembahasan) II: 4.
"Dahulu, Nabi membukukan Yijing dengan mematuhi pola hukum yang merupakan perwujudan Watak Sejati dan Firman. Demikianlah maka menegakkan Jalan Suci Tuhan Yang Maha Esa yang dinamai Yin dan Yang; menegakkan Jalan Suci Bumi yang dinamai Jiu dan Kong (lemah dan kuat); menegakkan Jalan Suci manusia yang dinamai Cinta Kasih dan Kebenaran (Ren dan Yi). Dari Tiga Kekuatan (San Cai) itu dilipatkan dua; maka di dalam Yijing tiap-tiap enam garis jadilah satu Gua, Hexagram. Masing-masing telah ditetapkan dimana kedudukan Yin dan dimana kedudukan Yang. Kenyataannya, kedudukan itu saling bertukar digunakan oleh garis lemah dan garis kuat. Maka sempurnalah tergelar seluruh Hexagram (yang berjumlah 64 Gua)."
Banyak agama memiliki mitologi, simbol, dan sejarah suci yang dimaksudkan untuk menjelaskan makna hidup dan asal-usul kehidupan atau alam semesta. Yijing melalui 'wahyu' yang diterima para sheng dan pembabaran para sheng berada dalam tataran ini.
Dengan Shi Yi (sepuluh sayap) Kitab Yijing dapat 'terbang' karena sayapnya, dalam arti dengan Shi Yi manusia mendapat panduan untuk mengerti makna hidup dan asal usul kehidupan atau alam semesta.
Tulisan dan pemikiran yang dominan dua abad belakangan ini adalah dari kaum orientalis yang seringkali menempatkan pemikiran dan keyakinan mereka lebih tinggi dari agama dan filsafat Timur. Mereka membuat kategorisasi hampir dalam segala hal dengan cara berpikir mereka yang hitam putih, benar salah, aku–kamu, agama atau filsafat dan lain sebagainya dalam subyektifitas dan misi mereka; dengan menempatkan posisi yang tidak setara dan lebih rendah terhadap objek penelitian dan penulisan mereka. Mereka menempatkan ajaran atau agama Timur sebagai pemikiran manusia, bukan bersumber dari Tuhan.
Bagi mereka agama dan filsafat itu berbeda dan terpisah. Pandangan ini pada akhirnya memunculkan kaum oksidentalis yang menolak kategorisasi yang tak adil dari kaum orientalis. Demikian pula, pandangan kaum orientalis tidak sesuai dengan cara pandang orang-orang Tionghoa yang lebih memandang segala sesuatu bukan hitam putih tapi Yin Yang.
Dalam pemikiran, kosmologi dan spiritualitas Yin Yang, antara Yin dan Yang itu tidak bersifat dikotomi tapi suatu hubungan setara, antara Yin dan Yang tidak eksklusif, saling bertentangan tetapi saling bekerja sama dan mempengaruhi satu dengan lain. Tak terkecuali dalam memandang agama dan filsafat.
Agama Ru-Konghucu adalah agama yang bersifat Religius-Filosofis, yaitu agama yang di dalamnya mengandung unsur religi dan unsur filosofi/filsafat. Kedua unsur ini sesuai dengan kodrat manusia yang berakal budi, manusia harus menggunakan akal (pikiran) dan budi (perasaan/batin).
Tulisan ini mengajak Anda merenungkan kembali apakah benar sheng itu cocok diterjemahkan sebagai filsuf dan apakah Yijing benar hanya merupakan filsafat dan tak ada kaitannya dengan agama?
Kalaupun dikategorikan sebagai filsafat, filsafat disini harus diartikan sebagai filsafat dalam arti Timur yang berfungsi meninggikan taraf jiwa, bukan filsafat dalam arti Barat. Menurut Fung Yu Lan Filsafat (Timur) adalah jalan langsung menuju Tuhan dibanding Agama yang harus melalui jalan berputar dengan melaksanakan ritual-ritual. Agama Konghucu (Ru Jiao) yang bersifat Religius–Filosofis menawarkan kedua Jalan tersebut bersamaan.
Memang sebetulnya tak elok menilai sesuatu dari standar ajaran lain yang mempunyai pemahaman berbeda dan akan berakibat mengaburkan pengertian.
Babaran Agung (A) XII: 76 mengingatkan pada kita bahwa tulisan dan pembicaraan (kata-kata) tak dapat mengungkapkan sepenuhnya maksud.
Silakan Anda renungkan dan pertimbangkan. (bwt)
Catatan:
Dalam pemikiran, kosmologi dan spiritualitas Yin Yang, antara Yin dan Yang itu tidak bersifat dikotomi tapi suatu hubungan setara, antara Yin dan Yang tidak eksklusif, saling bertentangan tetapi saling bekerja sama dan mempengaruhi satu dengan lain. Tak terkecuali dalam memandang agama dan filsafat.
Agama Ru-Konghucu adalah agama yang bersifat Religius-Filosofis, yaitu agama yang di dalamnya mengandung unsur religi dan unsur filosofi/filsafat. Kedua unsur ini sesuai dengan kodrat manusia yang berakal budi, manusia harus menggunakan akal (pikiran) dan budi (perasaan/batin).
Tulisan ini mengajak Anda merenungkan kembali apakah benar sheng itu cocok diterjemahkan sebagai filsuf dan apakah Yijing benar hanya merupakan filsafat dan tak ada kaitannya dengan agama?
Kalaupun dikategorikan sebagai filsafat, filsafat disini harus diartikan sebagai filsafat dalam arti Timur yang berfungsi meninggikan taraf jiwa, bukan filsafat dalam arti Barat. Menurut Fung Yu Lan Filsafat (Timur) adalah jalan langsung menuju Tuhan dibanding Agama yang harus melalui jalan berputar dengan melaksanakan ritual-ritual. Agama Konghucu (Ru Jiao) yang bersifat Religius–Filosofis menawarkan kedua Jalan tersebut bersamaan.
Memang sebetulnya tak elok menilai sesuatu dari standar ajaran lain yang mempunyai pemahaman berbeda dan akan berakibat mengaburkan pengertian.
Babaran Agung (A) XII: 76 mengingatkan pada kita bahwa tulisan dan pembicaraan (kata-kata) tak dapat mengungkapkan sepenuhnya maksud.
Nabi bersabda, "Tulisan itu tidak dapat sepenuhnya mengungkapkan apa yang terkandung dalam pembicaraan. Pembicaraan tidak dapat mengungkapkan sepenuhnya apa yang terkandung dalam maksud hati. Dengan demikian, tidak dapatkah kita nampak akan hal yang dimaksud para Sheng (Nabi) itu?"
Silakan Anda renungkan dan pertimbangkan. (bwt)
Catatan:
Kitab Yi Jing tak dapat dipisahkan dengan lima orang Sheng (Nabi) dalam Ru Jiao yaitu Fu Xi (2953 SM-2838 SM), Da Yu (2205 SM-1766 SM), Wen Wang (1112 SM- 1056 SM), Zhou Gong dan Zhi Sheng Kongzi (551 SM-479 SM).
Shi Yi (Sepuluh Sayap) adalah wahyu yang turun kepada Nabi Kongzi, yang menjelaskan segala sesuatu tentang Yi Jing, terdiri atas:
1. Tuan Zhuan (A dan B) yang menegaskan makna seluruh Hexagram secara global.
2. Xiang Zhuan yang:
a. menjelaskan makna seluruh Hexagram berlandas hubungan trigram atas dan trigram bawah.
b. menjelaskan makna masing-masing garis pada tiap hexagram.
3. Da Zhuan atau Xi Ci, memberi uraian dan penjelasan berbagai hal tentang Yi Jing.
2. Xiang Zhuan yang:
a. menjelaskan makna seluruh Hexagram berlandas hubungan trigram atas dan trigram bawah.
b. menjelaskan makna masing-masing garis pada tiap hexagram.
3. Da Zhuan atau Xi Ci, memberi uraian dan penjelasan berbagai hal tentang Yi Jing.
4. Wen Yan yang terkandung dalam hexagram Qian dan Kun (1 dan 2)
5. Shuo Gua, pembahasan tentang berbagai Gua (Hexagram).
6. Xu Gua, susunan-urutan berbagai Gua.
7. Za Gua, paduan berbagai Gua.
Sayap dalam aksara Tionghoa berarti membantu atau memandu.
5. Shuo Gua, pembahasan tentang berbagai Gua (Hexagram).
6. Xu Gua, susunan-urutan berbagai Gua.
7. Za Gua, paduan berbagai Gua.
Sayap dalam aksara Tionghoa berarti membantu atau memandu.
KOMENTAR