|TERBARU     /fa-fire/_$type=slider$sn=hide$cate=0$show=home$va=0$d=0$cm=0

Terimalah Tradisi 'Imlek' dengan Utuh

oleh: Uung Sendana Linggaraja     |      GENTAROHANI.COM— Beberapa hari lagi akan tiba xin nian (sincia) 2573 Kongzili . Ada beberapa hal...


oleh: Uung Sendana Linggaraja   |   


GENTAROHANI.COM—Beberapa hari lagi akan tiba xin nian (sincia) 2573 Kongzili. Ada beberapa hal yang sangat umum dipersiapkan dan dilaksanakan oleh masyarakat, khususnya orang-orang Tionghoa di Indonesia untuk merayakan.

Membeli baju, pakaian dalam, sepatu, kertas angpao, aneka makanan khas seperti jeruk, manisan, dodol dan kue, serta lampion dan pernak-pernik khas adalah suatu hal lazim menjelang xin nian. Tak heran xin nian seperti idul fitri merupakan saat pedagang meraih keuntungan.

Di malam menjelang xin nian, keluarga (terutama yang mampu) melaksanakan makan malam bersama di restoran. Bagi sebagian orang, makan malam bersama adalah 'ritual' keluarga untuk mempererat tali persaudaraan. Bagi keluarga yang kurang mampu tentu saja tradisi ini sama sekali tidak dilaksanakan atau tidak dilaksanakan di restoran tapi di rumah. Pada momen inilah sebagian keluarga berbagi angpao. Orang yang sudah menikah memberi angpao pada yang belum menikah.

Pas hari xin nian keluarga saling bersilaturahmi, orang hokkian Indonesia menyebutnya pai cia. Yang muda memberi hormat pada yang lebih tua sambil memohon maaf dan yang tua memberi doa dan maaf sambil tangan menyodorkan angpao. Nampak momen yang sempurna. Saat yang pas mengikat tali persaudaraan. Inilah yang kita saksikan pada masyarakat umum terutama di kalangan orang Tionghoa. Inilah yang dinamai tradisi Imlek di era reformasi setelah beberapa tahun Presiden Gusdur mencabut Inpres 14 tahun 1967 oleh Keppres No 6 tahun 2000. Berbeda dengan tradisi xin nian era sebelum orde baru yang secara bertahap berupaya menghapuskan agama, kepercayaan dan adat istiadat orang 'Cina'.

Pada era reformasi, 'imlek' (banyak orang menyebut demikian padahal keliru) seakan terpisah dengan capgome. Masyarakat pun memaknai capgome sebagai perayaan dengan berbagai pernak pernik dan pesta. Orang menyebutnya sebagai tradisi yang mempererat tali persaudaraan dalam masyarakat majemuk. Pada masyarakat di Jawa, lontong capgome merupakan menu khas yang disajikan dalam makan bersama. Tradisi yang baik dan membumi.

Begitulah, kebanyakan orang memaknai tradisi seperti itu. Tradisi sepotong. Tradisi yang hanya mengadopsi pesta/perayaan (xiang) dengan berbagai penyesuaian tanpa peduli akarnya. Tradisi yang mengering seiring perjalanan waktu beriring dunia yang semakin materialis dan serba praktis. Tak heran bila suatu hari 'imlek' hanya akan tinggal makan bersama, pesta, hura-hura, dan bagi-bagi angpao, tak lebih dari itu. Semua itu diperindah dengan jargon kebersamaan karena Tionghoa (pewaris tradisi) berbeda-beda agama.

Ketika orde baru belum menancapkan kuku di Indonesia dengan politik asimilasi dan memberangus agama, kepercayaan dan adat istiadat 'Cina', xin nian atau sincia bukan sekedar pesta atau perayaan. Xin nian dan 'festival-festival' lain seperti qing ming/ceng beng, duan yang/peh cun, zhong qiu/tiong ciu, dong zhi/tang cik berkaitan erat dengan tradisi persembahyangan orang Tionghoa yang mayoritas beragama 'Tionghoa'.

Biasanya orang-orang Tionghoa memiliki rumah keluarga tempat altar leluhur berada atau zong miao. Keluarga berkumpul untuk melakukan persembahyangan dalam merayakan yang sekarang kebanyakan disebut 'festival' imlek.

Persembahyangan orang Tionghoa berkaitan erat dengan makanan. Tak heran ketika itu dalam persembahyangan disajikan sajian lengkap. Sajian lengkap itu disamping untuk persembahyangan, ditujukan untuk dimakan oleh keluarga.

Tak heran pula di malam xin nian keluarga berkumpul dan makan malam bersama di rumah keluarga karena pada siang hari antara pkl. 11.00-13.00 keluarga besar melaksanakan persembahyangan tutup tahun ke hadapan Tian dan leluhur. Setelah makan malam bersama biasanya dilanjutkan pergi ke kelenteng untuk bersembahyang ke hadapan shenming.

Itulah sebetulnya tradisi yang kita warisi berkenaan dengan makan malam menjelang xin nian/sincia yang sekarang ini dengan serampangan kita namai 'imlek'.

Pada keesokan harinya yaitu pas tahun baru (xin nian/sincia) keluarga besar melakukan persembahyangan kepada leluhur (bagi yang memiliki altar leluhur di rumah keluarga) lalu melaksanakan pai cia (penghormatan) dimulai dari anak tertua kepada orang tua diikuti adik-adiknya lalu adik menghormat kepada kakak. 

Di situ kita diajarkan etika kesusilaan hubungan dalam keluarga. Setelah itu hingga yuanxiao (cap go me) segenap masyarakat dapat saling bersilaturahmi memberi penghormatan dan ucapan selamat tahun baru satu dengan lain. Hingga akhirnya perayaan tahun baru ditutup dengan persembahyangan dan gotong toapekong (shenming)  di kelenteng yang sekarang kita namakan kirab dengan berbagai pesta dan perayaan yang dimeriahkan tarian liong dan barongsai serta berbagai bunyi-bunyian yang diikuti segenap masyarakat. Lengkap sudah JiXiang  dan pendidikan etika kesusilaan dilaksanakan menyambut dan merayakan tahun baru.

Pertanyaannya: Kemana tradisi Ji (persembahyangan) yang kita warisi bersama? Kenapa kita menghilangkan persembahyangan di rumah pada Tian dan leluhur serta persembahyangan di kelenteng pada Tian dan shen/shenming? Kenapa tidak kita teruskan pula? Apakah kita hanya mau 'paket hemat' dengan mendiskon tradisi persembahyangan dalam menyambut dan merayakan xin nian yang sekarang kita diskon pula penamaannya dari tahun baru imlek menjadi 'imlek'?

Kalau mau konsekuen dan konsisten meneruskan tradisi, tak pantas mau enaknya sendiri dengan mendiskon tradisi yang sarat dengan ritual keagamaan dan pendidikan moral Konghucu. Atau kenapa tidak jadi umat Konghucu saja seutuhnya supaya tidak gamang? Kita dilindungi konstitusi kok. Maaf. (bwt)


Catatan: Kita mewarisi Liu Li (enam kesusilaan) dan Qi Jiao (tujuh pendidikan moral) yang dapat kita baca dalam Liji III Wang Zhi V: 28. Ada Ji (persembahyangan) disamping xiang (pesta atau festival) di dalam enam kesusilaan itu. Ada kewajiban antara orang tua dan anak; kakak dan adik; suami dan istri; penguasa (pemimpin) dan menteri (pembantu); yang lebih tua dan yang lebih muda; kawan dan sahabat; tuan rumah dan tamu dalam Qi Jiao.

KOMENTAR

BLOGGER
Nama

GERBANG,81,KIBAR KABAR,15,LAYAK NGERTI,50,LORONG,58,NOT,1,PILIHAN,117,SANGGURDI,7,SEPATU,8,TOPI,23,TSN,78,TSUN,4,USL,73,VIDEO,32,YUHO,1,ZATH,1,ZBWT,13,ZEF,23,ZEVA,1,ZKG,28,
ltr
item
Genta Rohani: Terimalah Tradisi 'Imlek' dengan Utuh
Terimalah Tradisi 'Imlek' dengan Utuh
https://cdn.pixabay.com/photo/2021/03/10/18/20/woman-6085193_1280.jpg
Genta Rohani
https://www.gentarohani.com/2022/01/terimalah-tradisi-imlek-dengan-utuh.html
https://www.gentarohani.com/
https://www.gentarohani.com/
https://www.gentarohani.com/2022/01/terimalah-tradisi-imlek-dengan-utuh.html
true
9139491462367974246
UTF-8
Loaded All Posts Not found any posts LIHAT SEMUA Baca lebih Balas Batal Hapus Oleh Beranda PAGES POSTS View All Rekomendasi untuk Anda LABEL ARSIP CARI ALL POSTS Not found any post match with your request Kembali ke Beranda Minggu Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Min Sen Sel Rab Kam Jum Sab Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des baru saja 1 menit lalu $$1$$ menit lalu 1 jam lalu $$1$$ jam lalu Kemarin $$1$$ hari lalu $$1$$ minggu lalu lebih dari 5 minggu lalu Followers Follow KONTEN PREMIUM Harap SHARE untuk membuka kunci Copy All Code Select All Code All codes were copied to your clipboard Can not copy the codes / texts, please press [CTRL]+[C] (or CMD+C with Mac) to copy